Wednesday, March 4, 2009

BENCANA TANAH LONGSOR DI MANGGARAI, NTT

Hujan lebat disertai angin kencang selama lima hari berturut-turut pada Jumat malam, 3 Maret 2007 mengakibatkan longsor di Kecamatan Cibal dan Lamba Leda serta banjir di Kecamatan Reo, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur Berton-ton tanah menimbun puluhan rumah di kawasan lereng, di Kecamatan Cibal dan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai.

Menurut data dari media, Pemerintah Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, memperkirakan total kerugian materil dalam bencana longsor dan banjir mencapai Rp 140 miliar lebih. Perkiraan ini di luar dana rekonstruksi dan rehabilitasi infrastruktur dan aset warga yang rusak.  Hasil pendataan sementara menunjukkan jumlah rumah penduduk yang rusak berat dan ringan mencapai 1.000 unit lebih. Sementara itu, infrastruktur jalan dan jembatan mencapai puluhan kilometer, meliputi jalan desa, jalan kecamatan, jalan kabupaten, jalan provinsi dan jalan negara. Sedangkan fasilitas umum yang turut rusak berupa jaringan listrik, pipa air, bangunan sekolah, saluran irigasi dan beberapa kantor peme-rintah. Korban tewas dalam bencana ini mencapai 42 korban dan hilang sebanyak 32 orang.

 

 

PKR-KWI dihubungi oleh para relawan  penolong setempat untuk mengulurkan tangan. Bantuan tunai sebesar dua puluh juta rupiah langsung disampaikan. Pemberian bantuan dalam bentuk uang tunai dilakukan karena beberapa alasan, antara lain sulitnya transportasi, lokasi yang tidak terjangkau, dan kebutuhan korban yang mendesak untuk secepatnya diberi bantuan. Selanjutnya, untuk menolong korban tanah longsor ini, PKR KWI bekerjasama dengan Pusat Ekopastoral Fransiskan, yang beralamatkan di Biara Santo Yosef, Pagal, Cibal, Mang-garai, NTT. Di tempat ini kemudian didirikan Posko yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh para korban.

Seperti dilakukan ketika gempa menimpa wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah selatan, PKR-KWI menyampaikana nomor rekening Pusat Ekpopastoral Fransiskan, BRI Cabang Ruteng: 0273-01-013552-50-4 kepada mereka yang ingin memberikan sumbangan.

 

Setelah terjadinya bencana tanah longsor pada Jumat dini hari, daerah tersebut seakan-akan terisolasi dari dunia luar. Banyaknya rumah yang tertimbun tanah menyebabkan para korban tidak memiliki tempat tinggal. Oleh sebab itu, Pusat Ekopastoral Fransiskan segera mendirikan Posko Darurat untuk menampung para pengungsi. Selain itu, pengungsi dan korban juga kesulitan untuk mendapatkan bahan-bahan makanan karena hampir semuanya terkena bencana. Oleh sebab itu, para suster FMM dibantu oleh sukarelawan disana segera ke luar kota dengan menggunakan truk untuk membelanjakan dana sumbangan untuk membeli sembako, kebutuhan-kebutuhan pokok dan kebutuhan lainnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Untuk para pengungsi, bahan-bahan yang dibeli antara lain makanan, sabun cuci, kompor, lauk pauk, panci, sendok, piring, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk korban diberikan makanan pokok, air mineral, aqua, handuk, kasur, sarung, selimut, dan lain sebagainya. Posko tersebut dapat menampung kurang lebih 200 korban.