Monday, April 27, 2009

Laporan Keuangan Final Bantuan Situ Gintung

Karena korban musibah jebolnya tanggul Situ Gintung saat ini sudah melewati masa emergency, maka bantuan PKR KWI juga telah selesai. Untuk itu, kami laporkan laporan keuangan akhir pemberian bantuan Situ Gintung, yang menampilkan penerimaan dana dari para donatur dan pemakaian dana tersebut untuk memberikan bantuan kepada korban.

Penyerahan Bantuan Untuk Shelter PBM




Pada tanggal 13 April 2009, kami menerima email dari Sdri Lili Pudjiati sebagai seorang yang peduli akan nasib orang-orang yang terbuang:

Romo Ismartono yang baik, ini kami kirimkan Foto sewaktu menyerahkan bantuan dari PKR-KWI untuk orang yang dibuang di Bambu Apus.

Trimakasih.

Thursday, April 23, 2009

Ganti Ban Ambulan milik PBM

Pada tanggal 23 April 2009, PKR KWI memberikan sumbangan dana untuk pembelian ban ambulan milik Peduli Buruh Migran (PBM).
Ban kiri ambulan tersebut pecah pada saat PBM menjemput seorang pasien dari RSUD Koja menuju tempat penampungan. Akibatnya, pasien tersebut harus dievakuasi ke mobil lain. Mereka kemudian mengganti ban tersebut dengan dengan ban cadangan. Namun karena semua ban yang ada sudah 5 tahun dan tidak pernah diganti, maka ban kemudian pecah kembali.
Mengingat pentingnya ambulan ini untuk PBM, dan untuk menghindari kejadian yang sama terulang kembali, maka PBM berencana untuk mengganti semua ban ambulan. Ambulan ini sangat dibutuhkan untuk operasional membantu orang yang dibuang, baik dari pelabuhan Tanjung Priok, di shelter maupun yang sedang dirawat di PK Sint Carolus. Untuk itu, PBM mengajukan pembelian 5 buah ban (terdiri dari 4 ban dan 1 ban cadangan). Biaya yang dibutuhkan sebenarnya adalah sekitar Rp. 4.500.000. Namun, PBM sudah mendapatkan bantuan dari Yayasan Nurani Dunia sebesar Rp. 1.800.000, sehingga permohonan yang diajukan ke PKR KWI adalah kekurangannya sebesar Rp. 2.700.000.
Setelah ban dipasang, maka ambulan milik PBM dapat kembali menjalankan fungsinya tanpa rasa khawatir mengalami pecah ban lagi.








Monday, April 6, 2009

Photo Album 2009-04-06

Mencari Nafkah Sampai Lumpuh




Ny Misriah merupakan salah satu orang yang dibuang dari Malaysia, setelah bekerja disana selama 4 tahun. Pada saat di Malaysia, Ny Misriah dituntut bekerja sangat keras sampai lama-kelamaan kedua kakinya lumpuh. Selama itu, beliau tidak pernah periksa kesehatan sampai akhirnya dipulangkan ke Indonesia.

Sesampai di Indonesia, Ny Misriah diharuskan untuk pulang ke Pekalongan. Namun, hal tersebut tidak bisa dilakukan, karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Oleh sebab itu, Sdri Lili Pudjiati dari PBM mengajukan permohonan kepada PKR KWI untuk menjamin biaya pengobatan (rawat jalan) untuk beliau. Diharapkan setelah kesehatannya membaik, Ny Misriah dapat pulang ke Pekalongan untuk berkumpul kembali bersama keluarga.

Friday, April 3, 2009

Dari Malaysia dengan Derita

M. Risman (2,5 tahun) adalah putra dari Ibu Maesaroh dan Bapak Basri, yang menjadi tenaga kerja di Malaysia. Ia dibuang dari Malaysia pada tanggal 27 Maret 2009 bersama ibu dan adiknya yang masih berumur 1 tahun, sedangkan ayahnya masih dalam penjara.
Saat ini M. Risman sangat menderita karena memiliki benjolan sebesar kepalan tangan di lehernya, serta benjolan yang lebih besar lagi di ketiaknya. Ia hanya bisa tergolek lemah, tidak lagi mau makan dan minum, dan hanya sesekali mengeluh sakit. Bahkan untuk berdiripun sangat susah.
Untuk itu, Sdri Lili Pudjiati dari PBM mengajukan permohonan kepada PKR KWI untuk menjamin biaya pengobatannya. Saat ini, M Risman sedang dalam proses perawatan di RS Sint Carolus




Thursday, April 2, 2009

Sumbangan Dana dari Umat untuk Korban Situ Gintung

Setelah musibah Situ Gintung terjadi, beberapa umat menyerahkan sumbangan dana untuk disampaikan kepada korban. Terlampir data sumbangan yang telah diterima oleh Sahabat Insan sampai tanggal 8 April 2009.

Bantuan untuk Korban Situ Gintung

Pada tanggal 30 Maret 2009, posko bantuan kemanusiaan untuk korban tragedi Situ Gintung Tangerang, Banten yang dilaksanakan oleh Pergerakan Mahasiswa Muslim Indonesia-Nahdatul Ulama (PMII-NU) mengajukan permohonan bantuan kemanusiaan kepada PKR KWI. Permohonan ini diajukan karena adanya kebutuhan-kebutuhan korban yang tidak tersentuh oleh lembaga bantuan lain, karena pada umumnya para donatur datang memberikan bantuan berupa makanan dan pakaian.

Berdasarkan permohonan tersebut, PKR KWI kemudian langsung bergerak. Salah satu staf langsung terjun ke lapangan melihat kondisi korban dan mendata kebutuhan apa yang dibutuhkan di lokasi Posko PMII, yang berada  di Gang Buntu RT 03/RW 08 yang berdekatan langsung dengan lokasi kejadian.

Setelah data kebutuhan diterima, PKR KWI menghubungi  Ibu Deetje yang bersedia untuk mencarikan barang-barang tersebut. Barang-barang yang diajukan oleh PMII adalah perlengkapan tidur (matras, selimut), alat-alat kebersihan (sapu, tempat sampah, serok, kain dan obat pel), perlengkapan mandi (ember, sabun, odol, sikat gigi, handuk), perlengkapan wanita dan bayi (daster, baju bayi, susu bayi) dan perlengkapan ibadah (sajadah dan mukena). Dalam waktu singkat, Ibu Deetje dapat menyiapkan barang-barang kebutuhan yang cukup jumlahnya, sehingga keesokan harinya, pada hari Selasa, tanggal 31 Maret 2009, bantuan sudah dapat disampaikan kepada Posko PMII. Sesampai di Situ Gintung, para relawan langsung melakukan koordinasi tentang pendistribusian bantuan dari PKR KWI. Akhirnya disepakati bahwa bantuan akan diserahkan ke korban hari itu juga. PKR KWI diwakili Sr Eugenia Tri Rahayuningsih, PBHK dan tim turut membantu penyaluran bantuan ke korban. Keseluruhan bantuan yang diberikan bernilai sekitar 40 juta rupiah.


Selain memberikan bantuan barang, PKR KWI juga memberikan santunan dana pendidikan kepada para siswa/i yang kehilangan alat-alat perlengkapan sekolahnya. Beasiswa ini juga diajukan oleh koordinator posko PMII-NU, karena adanya kebutuhan yang mendasar dari para siswa/i agar dapat segera memulai kembali proses belajar mengajar, mengingat waktu ujian sudah dekat. Beasiswa diberikan kepada 21 anak SD, 14 anak SMP dan 7 anak SMU.


Keadaan terakhir disana, yang dibutuhkan para korban yang berada di pengungsian balai warga dan juga yang menumpang di beberapa tempat rumah warga adalah lebih kepada kebutuhan sekunder seperti alat-alat bangunan, seragam sekolah dan perlengkapan masak dan lain-lain, bukan kepada logistik lagi. Sebagai informasi terakhir dari lapangan, sejak hari pertama sejak terjadinya jebolnya Tanggul Situ Gintung, masih ada puluhan korban yang belum di temukan di lokasi kejadian. Tercatat korban tewas sudah melewati 100 orang diluar dari ratusan korban yang selamat.                  

Bantuan perawatan korban Lapindo di RS Carolus, Jakarta

Ibu Supiati adalah salah satu dari 400 warga korban lumpur Lapindo yang datang ke Jakarta untuk menuntut ganti rugi kepada pemerintah. Dia ke Jakarta bersama suaminya, dan selama di Jakarta menginap di kantor KontraS. Namun dalam perjuangannya, kesehatan Ibu Supiati menurun karena penyakit paru-parunya yang sudah kronis kambuh. Karena penyakit tersebut, selama empat hari Ibu Supiati tidak bisa makan dan minum sehingga fisiknya semakin melemah. Sementara Sang Suami harus terus memperjuangkan hak mereka, sehingga Ibu Supiati sering ditinggal sendirian.

Karena kondisinya semakin hari semakin menurun, maka pendamping warga korban lumpur Lapindo, Sdr Paring Waluyo Utomo mengajukan permohonan perawatan kesehatan bagi Ibu Supiati ke PKR KWI. Setelah dipelajari, PKR KWI menyetujui permohonan tersebut. Pada Kamis tanggal 19 Maret 2009 Ibu Supiati dibawa ke Unit Gawat Darurat RS Sint Carolus, didampingi oleh Sdr. Paring dan juga staf PKR KWI, Sdr. Billy. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Ibu Supiati harus menjalani  rawat inap. Suami Ibu Supiati yang berada di lokasi aksi demonstrasi warga Lapindo di depan Istana Negara langsung dihubungi dan akhirnya beliau datang ke RS untuk menemani perawatan istrinya.


Di RS Carolus, Ibu Supiati di rawat diruang Fransiskus Kelas 3.  Selama lima hari, beliau mendapatkan perawatan intensif. Karena kondisinya semakin membaik, maka pada hari Selasa tanggal 2 Maret 2009 beliau mendapatkan izin untuk rawat jalan. Berhubung Ibu Supiati ingin kembali ke desanya di Tanggulangin, Sidoarjo, maka beliau mendapatkan surat rujukan untuk berobat ke RS di Sidoardjo. Sepulang dari rawat inap, Ibu Supiati memulihkan kondisinya terlebih dahulu di kantor YLBHI, sampai akhirnya beliau merasa  kuat dan mampu kembali ke Sidoarjo. Biaya perawatan Ibu Supiati selama di RS Carolus adalah sebesar Rp. 3.800.000 (tiga juta delapan ratus ribu rupiah).


 

Wednesday, April 1, 2009

Bantuan Untuk Korban Situ Gintung

Pada tanggal 30 Maret 2009, PKR KWI menerima surat dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) cabang Ciputat, yang mengajukan permohonan barang-barang yang diperlukan oleh korban tragedi Situ Gintung. Akhirnya, pada tanggal 31 Maret 2009 bantuan-bantuan tersebut dikirimkan ke Posko PMII untuk didistribusikan kepada korban.




Logo Sahabat Insan