Wednesday, January 27, 2010

PENDAMPINGAN KEUPULA (1) : IMPACT THE WORLD, TOUCH THE FUTURE




Pada tanggal 18 s/d 20 Desember 2009, PKR KWI mengadakan acara ‘Pendampingan Keupula”,  yang diselenggarakan untuk para mahasiswa penerima beasiswa.  Acara ini diadakan di Yellow House, Jl Seulanga Utama 95, Ajun Jeumpet – Aceh Besar.  

Pendampingan ini diadakan karena adanya kebutuhan untuk memberikan nilai tambah untuk mahasiswa dan menjadikan mahasiswa penerima beasiswa ini bukan hanya menjadi seorang sarjana biasa, namun sarjana yang memiliki visi dan misi serta komitmen dalam hidupnya. Seperti diketahui, saat ini di Indonesia terdapat puluhan ribu sarjana. Pendampingan ini dimaksudkan agar para penerima beasiswa menjadi sarjana yang memiliki daya juang, daya saing dan daya pikat yang lebih dibandingkan dengan yang lain.   Tema IMPACT THE WORLD, TOUCH THE FUTURE (Ubah Dunia, Raih Masa Depan) dipilih karena PKR KWI melihat bahwa  para mahasiswa ini nantinya akan menjadi salah seorang pemimpin di Aceh, dalam bidangnya masing-masing.  Sebagai sebuah masyarakat, Aceh menuju masa depan yang lebih baik.   Lembaga Personal Growth kemudian dipercaya untuk mendampingi dan membimbing mahasiswa untuk mencapai impiannya, sehubungan dengan profesionalitas dan kompetensinya. 

Agar hasil yang diraih maksimal, maka pendampingan dilaksanakan dalam tiga tahap, dan setiap tahap dilaksanakan dalam waktu 3 hari 2 malam.   Bahasan yang diberikan pada tahap pertama adalah tentang Pengenalan Diri, Impian dan Hasrat serta Kepemimpinan Diri. Personal Growth menghadirkan 7 orang pendamping, yang  secara bergantian menyajikan materi dan membimbing mahasiswa. Pemberian materi  disampaikan dalam bentuk  teori, pemutaran film dan permainan sehingga bisa ditangkap oleh peserta dengan lebih mudah. Para mahasiswa juga dilatih untuk mengenal diri sendiri, bekerja dalam kelompok, serta berbicara di depan umum..  

Walaupun setiap pertemuan dalam Pendampingan Keupula hanya dilaksanakan dalam waktu 3 hari, namun mahasiswa secara intensif akan terus berhubungan dengan para pembina melalui sarana teknologi modern seperti  e-mail dan facebook.  Setiap bulan, para pembina akan memberikan sebuah tugas yang harus dikumpulkan pada minggu terakhir bulan tersebut. Tugas-tugas tersebut akan dijadikan referensi untuk materi pertemuan selanjutnya. Laporan ini disampaikan sebagai lampiran laporan keuangan bulanan.  

Dari ke-57 mahasiswa yang berhak mengikuti pendampingan ini, ternyata 5 orang berhalangan hadir karena berbagai alasan, antara lain ada saudara yang menikah, keluar kota, atau pun tidak diijinkan oleh tempatnya bekerja. Pada saat pelaksanaan, ada  5 mahasiswa yang tidak dapat hadir karena adanya halangan mendadak, sehingga jumlah peserta tahap pertama ini adalah 47 orang. Dalam tiap acara  yang dilalui, para pendamping juga memancing mahasiswa untuk mengeluarkan pendapatnya dalam tanya jawab. Para mahasiswa ternyata mampu memberikan jawaban yang berkualitas bagi pertanyaan yang dilontarkan oleh teman mereka sendiri. Begitu juga saat pendamping melontarkan sebuah isu, mahasiswa sanggup menanggapinya dengan baik. Keaktifan mereka selama proses pendampingan ini mendapatkan pujian dari Ibu Ratih Ibrahim, Pimpinan dari Personal Growth  ini.                

Harapan tentunya dilambungkan setelah kegiatan ini selesai. Bahwa para mahasiswa Aceh penerima Beasiswa Keupula akan semakin mampu  menyembuhkan  trauma yang dialaminya setelah tsunami: bersemangat dalam mewujudkan keterlibatan (commitment) mereka dalam melakukan segala sesuatu, baik sendiri maupun secara pribadi serta  menemukan tujuan hidup dan mimpinya. Lebih dari pada itu, mampu menyusun rencana ke depan dan berusaha untuk melakukan segala sesuatu dengan baik karena memiliki motivasi yang kuat. Dengan demikian, dapat diharapkan akan  lahirnya pemimpin-pemimpin masa depan yang akan membawa masyarakat Aceh menuju kehidupan yang lebih baik.                    

Pelatihan Menulis Feature "Jelajah Indonesia"

Pada tanggal 25 dan 26 Januari 2010, PKR KWI mengirimkan wakilnya untuk mengikuti Pelatihan Menulis Feature "Jelajah Indonesia". Acara ini diselenggarakan oleh Tempo Institute, dan diadakan di Universitas Paramadina, Jakarta.
Pelatihan ini menghadirkan narasumber-narasumber dan Mentor yang sebagian besar berasal dari Tempo Group. Selain memberikan materi, pelatihan juga disertai praktek menulis yang dibimbing oleh masing-masing pendamping.












Wednesday, January 20, 2010

Pendampingan Keupula Hari Pertama











Pendampingan Keupula

Pada tanggal 18 s/d 20 Desember 2009, telah diadakan Pendampingan Keupula (pertemuan pertama). Pendampingan yang diadakan selama 3 hari 2 malam ini bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa untuk menjadi sarjana yang berkarakter dan memiliki arah hidup yang jelas. Para mahasiswa didampingi oleh lembaga pengembangan diri profesional, Personal Growth pimpinan Ibu Ratih Ibrahim.








Pendampingan Mahasiswa Aceh














Monday, January 11, 2010

Pendataan Calon Penerima Beasiswa Sahabat Insan 2010














Pelayanan Tiada Henti

“Dahulu waktu keadaan konflik saya tidak berani masuk ke daerah sini”, itulah sepenggal ungkapan yang dikeluarkan pemandu saat memasuki daerah beasiswa Sahabat Insan. Ungkapan tersebut merupakan tantangan yang dijalani Sahabat Insan dalam melakukan pelayanan 3 tahun berjalan, selama ini Sahabat Insan telah menolong 3.000 anak-anak Aceh daerah Simpang Ulim (Aceh Timur), Sampoiniet (Aceh Jaya), Lhoknga (Aceh Besar) dan kota Banda Aceh.
  Memasuki tahun 2010 Sahabat Insan melanjutkan pelayanan kepada anak-anak Aceh korban tsunami dan konflik. Pelayanan ini berlanjut karena masih banyak anak-anak yang membutuhkan pertolongan. Penghujung tahun 2009, Sahabat Insan melakukan kunjungan ke Aceh, dengan agenda merencanakan kelanjutan beasiswa 2010
Selama di Aceh, sahabat Insan bekerja sama dengan Nonong Mailufar koordinator Lembaga Pemberdayaan Masyarakat  Pesisir untuk survey sekolah calon penerima beasiswa di Kecamatan Sampoiniet dan Setia Bakti Kabupaten Aceh Jaya.
Beasiswa Sahabat Insan tahun 2010 berupa bantuan langsung perlengkapan kebutuhan sekolah seperti tas, seragam, sepatu, dan alat tulis kepada 2.000 siswa SD di kecamatan Sampoiniet dan Setia Bakti. 2 kecamatan tersebut terdapat sekolah yang belum menerima bantuan perlengkapan sekolah, dengan alasan tersebut Sahabat Insan dibantu LPM Pesisir membantu anak-anak yang membutuhkan perlengkapan sekolah.
Perjalanan berat harus dilalui tim Sahabat Insan menuju desa Patek, dahulu desa Patek  merupakan hutan, semenjak tsunami melanda Aceh, desa Patek dijadikan relokasi warga korban  tsunami. Transportasi menggunakan travel (L300) membutuhkan waktu sekitar enam jam untuk mencapai tujuan melewati bukit dan menyebrang sungai menggunakan kapal rakit. Selama perjalanan pemandangan nan elok terhampar sepanjang bibir pantai barat Aceh menuju desa Patek.
Seiring dengan pemandangan yang begitu indah, proses pembangunan jalan terus dilaksanakan untuk membuka jalur menuju Calang. Keadaan desa Patek saat ini  mulai berubah, beberapa rumah sudah dibangun untuk warga korban tsunami, dan masyarakat mulai membangun perekonomian desa mereka.
Beberapa sekolah yang dikunjungi Sahabat Insan dan LPM Pesisir di kecamatan Setia Bakti diantaranya SD Padang, SDN Sapek, MIN Pante Kuyun, SDN Gle Seubak, SDN Gunong Meunasah, SDN UPT II Patek B.
Perjalanan melewati hutan, kondisi jalan berlumpur, debu menebal, itulah gambaran yang harus dilalui tim Sahabat Insan masuk ke lokasi sekolah, namun tidak menyurutkan semangat dalam memberikan pelayanan kepada anak-anak yang membutuhkan bantuan.
Perjalanan di hari kedua, dilakukan dengan berkunjung daerah kecamatan Sampoiniet, tim Sahabat Insan bersama LPM Psisir, melakukan survey di sekolah MIS (Madrasah Iptidayah Swasta) Lamteungoh, SDN UPT III Sayeung, SDN UPT V Patek, dan SDN Ie Jeureungeh.
Kondisi murid setiap sekolah di dua kecamatan sungguh mengkhawatirkan, banyak anak-anak membutuhkan perlengkapan sekolah. Keceriaan anak-anak di dua kecamatan  sangatlah berbeda dengan kondisi sekolah mereka, segala keterbatasan yang dialami anak-anak tidak menyurutkan mereka  pergi sekolah menimba ilmu.

Lhoknga

            Setelah melewati beberapa hari di Desa Patek, perjalanan tim Sahabat Insan dilanjutkan menuju daerah Lhoknga, Lhoknga merupakan bekas daerah tsunami dan konflik, namun dibalik cerita itu semua tersimpan pemandangan mempesona. Sahabat Insan bekerjasama dengan Rinaldi koordinator CC Lhoknga melayani 303 anak SD, SMP, SMU di 16 desa kecamatan Peukan Bada dan Lhoknga. Tiga tahun berjalannya beasiswa menghasilkan putra-putri yang berpendidikan.
Berbagai hambatan sering terjadi dalam proses pembagian beasiswa, keadaan geografis dan laporan data anak-anak telat masuk merupakan hambatan yang terjadi di daerah Lhoknga, Memasuki tahun keempat CC Lhoknga menyalurkan beasiswa melalui sekolah-sekolah di daerah Lhoknga agar lebih mudah proses pendataan dan pengumpulan laporan siswa.
            Pelayanan beasiswa Sahabat Insan terakhir bekerjasama dengan lembaga perguruan katolik di Banda Aceh melayani 70 anak yang membutuhkan bantuan. Memasuki tahun 2010, beasiswa Sahabat Insan bekerjasama dengan lembaga perguruan katolik terus berlanjut, namun beberapa anak-anak akan diseleksi untuk beasiswa selanjutnya. Proses penyeleksian dilakukan agar bantuan benar-benar diterima oleh anak yang membutuhkan. Selama ini bantuan yang telah berlangsung, dapat membantu anak-anak yang kesulitan, namun beberapa dari mereka tidak konsisten dalam laporan penggunaan dana, hal tersebut yang menghambat proses pengiriman dana yang berlangsung selama ini.
            Membantu anak-anak kesulitan dalam menggapai pendidikan yang lebih tinggi menjadi pemacu bagi Sahabat Insan untuk memberikan  pelayanan tiada henti.
              

Friday, January 8, 2010

Rumah Singgah Untuk Orang Terbuang

Selama 6 bulan terakhir, PKR KWI bekerja sama dengan Peduli Buruh Migran dan Yayasan Nurani Dunia mengadakan Rumah Singgah bagi orang terbuang.

Tujuan didirikannya Rumah Singgah ini adalah:
  1. Menjadi rumah sementara bagi orang terbuang dari Malaysia, Singapura, Hongkong, Taiwan, Brunei, Timur Tengah sampai ia bisa berkumpul kembali dengan keluaranya.
  2. Memberi konseling psikologis dan pengobatan fisik agar korban dapat kembali berinteraksi sosial seperti semula.

Selama ini, pelayanan yang telah diadakan di Rumah Singgah ini adalah sebagai berikut:
  1. Pengobatan fisik. Kegiatan ini dilakukan secara berkala 2  kali seminggu oleh para dokter relawan dan pengobatan sewaktu-waktu jika diperlukan.
  2. Konseling psikologis, yang dilaksanakan oleh tenaga psikolog secara rutin 3 kali dalam seminggu.
  3. Kegiatan rohani. Aktifitas ini dilaksanakan secara rutin, bekerja sama dengan warga sekitar dan pihak yang selama ini mendukung dalam hal menyediakan agamawan untuk memberikan pelayanan rohani bagi orang terbuang.
  4. Membangun interaksi sosial para korban di runah singgah (kebersihan bersama, menyaksikan film dokumenter sambil didiskusikan). Kegiatan ini dilakukan dengan membuat jadwal bersama dengan para korban sehingga mereka dapat selalu saling berinteraksi setiap harinya.
  5. Pendidikan tentang hak-hak sebagai warga negara. Kegiatan ini telah dilakukan secara rutin dalam bentuk diskusi dan saling berbgai di antara para korban dengan didampingi oleh Peduli Buruh Migran.

Jumlah orang yang ditampung sampai saat ini berjumlah 26 orang, yang terdiri atas:
  1. 10 orang terbuang karena menjadi korban kebijakan pemerintah
  2. 8 orang terbuang akibat penganiayaan majikan
  3. 2 orang yang dibuang karena ditolak oleh keluarga karena menderita penyakit tertentu
  4. 6 korban perdagangan manusia (human trafficking)

Dokumentasi Kongres III IKOHI di Wisma Samadi, Jakarta

Dua Perwakilan Crisis center KWI/PKR-KWI Billy Joseph Bibianus dan Sr Eugenia, PBHK memenuhi undangan Kongres III IKOHI di Jakarta. Kapasitas lembaga kami dalam Kongres III IKOHI sebagai peninjau.
Terimakasih IKOHI atas undangan, semoga dari hasil kongres yang telah direncanakan menjadi karya terbaik untuk perjuangan keadilan dari para Korban HAM berat dimasa lalu.
Salam,
PKR-KWI









Monday, January 4, 2010

Laporan acara Kongres III IKOHI (Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia).

Pada tanggal 6 sampai 10 Desember 2009, Perwakilan PKR-KWI Billy Joseph Bibianus dan Sr Eugenia, PBHK memenuhi undangan Kongres III IKOHI (Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia) di Wisma Samadi Jakarta. Undangan kami dalam kegiatan Kongres ini adalah sebagai Peninjau, hal ini berhubungan dengan lembaga kami crisis center KWI yang bekerja dibidang kemanusiaan dan beberapa kali bersentuhan langsung dengan siapapun mereka yang menjadi korban dari pelanggaran HAM.

Kongres yang dihadiri perwakilan korban dari berbagai daerah di seluruh Indonesia dan Timor-Leste ini akan mengambil tema, "Memperkuat Organisasi, Merintis Pemenuhan Hak-Hak Korban". Acara akan dibuka secara resmi dalam sebuah diskusi publik, "Membedah Agenda HAM Pemerintah SBY - Boediono" dengan pembicara utama Menkumham Patrialis Akbar (tidak hadir diwakili oleh Jusuf Hadi Staf Bidang HAM), Ketua Kejaksaan Agung Hendarman Supanji tidak hadir dan tidak mengirimkan perwakilannya, Ketua Komnas Ifdhal Kasim, ICTJ (International Center for Transitional Justice) Galuh Wandita, Ketua Ikohi Spin Mugiyanto, dan sebagai Moderator Indria Ferninda (Wakil Koordinator KontraS). Diskusi publik diselenggarakan pada hari Senin, 7 Desember 2009 jam 09.30 WIB di Hotel Harris, Jakarta.

Kongres ini sebagai sebuah tempat untuk melakukan konsolidasi bersama antara para korban HAM diseluruh Indonesia dari perubahan AD/ART, Restruktur organisasi kepengurusan, dan strategi agenda program utama. Untuk kepengurusan yang akan datang terpilih kembali Sdr Spin Mugiyanto dan Sekertaris umum yang baru Sdri Wanma Yetty. Dan yang menjadi program utama dari Kongres ini adalah usaha untuk berjalannya untuk dilakukannya rekomendasi DPR sebelumnya kepada Pemerintahan SBY-Boediono tentang penghilangan orang secara paksa. Para korban berharap bahwa rekomendasi DPR ditindaklanjuti oleh Presiden. Rekomendasi DPR, yang mengacu pada kerja dan rekomendasi dari Komite Khusus Parlemen pada Penghilangan Paksa dalam periode 1997-1998, yang dikeluarkan pada 28 September 2009 adalah sebagai berikut;

1. Merekomendasikan Presiden untuk membentuk Ad Hoc Pengadilan Hak Asasi Manusia untuk kasus-kasus penghilangan tahun 1997-1998. 

2. Merekomendasikan Presiden dan semua instansi pemerintah dan pihak terkait untuk segera melakukan pencarian 13 orang yang oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia yang menyimpulkan sebagai masih hilang; 

3. Merekomendasikan pemerintah untuk memberikan rehabilitasi dan kompensasi bagi keluarga korban. 

4. Merekomendasikan pemerintah untuk segera meratifikasi Konvensi Menentang Penghilangan Paksa '[Konvensi Internasional tentang Perlindungan Semua Orang dari Penghilangan Paksa]' sebagai bentuk komitmen dan dukungan untuk menghentikan praktek Penghilangan Paksa di Indonesia. 

Selain agenda rekomendasi penghilangan paksa ini, ada juga dua program kerja yang menjadi program Ikohi dengan para korban yaitu :

1.        Bidang keadilan, yaitu pengungkapan kebenaran dari kasus-kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu dari G 30 S, Malari 74, Petisi 50, Tanjung Priok'84, Peristiwa Lapangan Banteng, Talang Sari Lampung, Kedung Ombo, Peristiwa 27 Juli, Mei '98, Semanggi I & II, Penculikan Aktivis Mahasiswa ProDem, Kasus Aceh, Papua, Ambon, Poso, Sampit, Kalbar, Tim Tim, dan kasus berbagai lainnya yang pernah dilakukan oleh rejim otoriter Orde Baru Soeharto.

2.        Bidang reparatif korban HAM, Kompensasi sebagai korban kejahatan HAM, pengakuan dalam hak-hak politik korban yang merupakan bagian dari warga negara, pelayanan kesehatan, memperoleh pendidikan yang sama, perkerjaan yang layak dll.

Dalam acara Kongres ini dengan suasana yang cukup serius diselingi juga dengan pentas seni dari Band Ikohi yang membawakan beberapa lagu perjuangan. Pada malam kesenian dalam rangka Ulang tahun (Alm) Munir, dimana Suciwaty istri Munir hadir membawakan sharing kepada para korban tentang pengalaman jalan hidupnya bersama Almahrum Munir dan menyerukan agar para korban HAM tetap teguh bersatu dalam perjuangan menggapai keadilan. Pada malam terakhir diadakan acara Solidarity night oleh para peserta kongres. Dan acara ditutup pada hari penutupan tanggal 10 Desember 2009 yang bertepatan dengan hari HAM Internasional ke-61 dengan melakukan aksi dari depan Istana Negara yang berpawai ke Bunderan H.I. Aksi ini merupakan gabungan dengan beberapa elemen seperti YLBHI, Kaum Miskin Kota, Korban Ecosoc dan KontraS. Kami yang hadir dalam acara ini, walaupun bukan sebagai korban seperti mereka merasa mempunyai rasa empati yang mendalam dalam perjuangan mereka menggapai keadilan. Terlebih diantara korban ini sudah ada yang meninggal dan sudah dimakan umur, mereka adalah yang menjadi korban ’65. Kami berharap disuatu saat  para korban kekerasan HAM ini mendapatkan keadilan dan pengungkapan kebenaran dari negara. (Billy, PKR-KWI)