Monday, July 3, 2017

Pendampingan Sr Laurentina Untuk Pekerja Migran di NTT

Sejak awal April 2017, salah satu relawan Sahabat Insan, Sr. Laurentina, PI, diberi penugasan baru untuk memimpin sebuah wisma  di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), setelah beliau menyelesaikan pendidikannya di Kampus Widuri, Jakarta Timur. Penugasan ini menjadi sangat relevan dengan kegiatan Sr. Laurentina yang selama ini aktif memperjuangkan hak-hak buruh migran Indonesia (BMI), terutama yang berasal dari NTT. Seperti kita ketahui bersama, NTT merupakan salah satu daerah penyumbang BMI terbanyak di Indonesia, dan selama ini cukup banyak masalah yang terjadi di daerah tersebut. Diharapkan kehadiran Sr. Laurentina di sana dapat menjadi penghubung antara BMI dan pemerhati migran di NTT dengan para pemerhati migran di Jakarta sehingga penyelesaian masalah dapat dilakukan dengan lebih efektif.

Sampai hari ini, sudah beberapa kasus yang ditangani oleh Sr. Laurentina. Misalnya pada akhir bulan April 2017 Ibu Atik dari RPTC meminta bantuan untuk cari alamat korban yang bermasalah di Biboki Utara. Suster langsung bergerilya untuk mencari alamat tersebut dan menemukan keluarga yang dicari. Korban merupakan pekerja migran perempuan berusia 23 tahun.  Ia bekerja merawat lansia sejak 2 tahun yang lalu di Malaysia. Awalnya ia diberitahu bahwa pada tiga bulan pertama gajinya akan dipotong untuk biaya administrasi, namun kenyataannya sampai 9 bulan kemudian ia tetap tidak menerima gaji. Pada suatu hari, tiba-tiba ia dijemput agen dan tinggal di kantor agen selama kurang lebih satu minggu. Setelah itu, bukannya dikembalikan kepada majikan, ia malah dibawa ke kantor polisi Malaysia dan dipenjara selama 2 bulan. Keluar dari penjara, ia dikirim ke KBRI dan dideportasi ke Indonesia melalui RPTC. Dari RPTC, korban bersama rombongan yang terdiri dari 12 orang dipulangkan ke Kupang naik kapal laut. Sesampainya di Kupang, korban untuk sementara waktu akan tinggal di biara terlebih dahulu sebelum diserahkan ke keluarga angkatnya. Bapak dan ibu kandungnya sendiri sudah meninggal sejak ia berusia 4 tahun.

Pengalaman lainnya adalah saat Sr. Laurentina bergabung dengan Tim Koalisi Peduli NTT untuk mengantar - jemput jenasah pekerja migran yang dikirimkan dari Malaysia. Menurut data dari BP3TKI, ini adalah jenasah yg ke-33 yang dikirimkan ke NTT selama tahun 2017. Namun data dari tim koalisi sendiri menyebutkan ini adalah jenazah ke-44 yang diterima sepanjang tahun ini.




Koalisi Insan Peduli Migran sendiri merupakan sebuah perkumpulan yang dibentuk pada tahun 2016, untuk membantu para migran khususnya di NTT terutama dalam hal advokasi, pelayanan pastoral dan pemberdayaan ekonomi. Tim ini memiliki prosedur untuk penanganan jenazah. Saat menerima informasi dari BP3TKI bahwa ada jenazah yang dipulangkan, maka tim akan menghubungi keluarga untuk memberikan informasi tentang kematian anggota keluarga mereka dan melakukan persiapan yang perlu dilakukan. Sr. Laurentina sendiri pada tanggal 14 Juni 2017 ikut menjemput jenazah di bandara El-Tari Kupang yang tiba pada pukul 10.30 Wita, dan kemudian disemayamkan d RSU Kupang. Keesokan harinya pada pagi hari jenazah tersebut diantarkan kembali ke bandara, kemudian dilakukan doa bersama dan pada pukul 13.30 Wita jenazah tersebut diterbangkan ke tujuannya masing-masing, satu jenazah ke Maumere dan satu jenazah lagi ke Larantuka. Di tempat tujuan, mereka akan dijemput oleh keluarga masing-masing untuk dimakamkan.

 Pada awal Juni 2017, Sr. Laurentina juga ikut mendampingi seorang pekerja migran yang dipulangkan dari Malaysia dalam keadaan sakit. Menurut yang bersangkutan, YP (24 tahun) direkrut pada bulan Juli 2014 dan dijanjikan untuk bekerja di kota Kupang. Namun ternyata dalam perjalanannya, ia dibawa untuk bekerja di Malaysia, dan selama 3 tahun bekerja di sana ia mengalami penyiksaan oleh majikan, tidak menerima gaji, dan makan hanya 1x sehari sehingga ia mengalami kekurangan gizi dan kondisi fisik menurun drastis. Saat dikunjungi oleh Sr. Laurentina, kondisinya sudah sangat lemah karena terserang TBC sehingga harus menjalani perawatan secara intensif di rumah sakit setempat.

Semoga dengan penugasan Sr. Laurentina di Nusa Tenggara Timur, dapat semakin memperhatikan dan membantu nasib pekerja migran di sana, karena masih banyak sekali pekerjaan rumah yang harus diselesaikan dan diperjuangkan. Selamat bertugas Suster..