Friday, December 28, 2018

Sister Cargo



Dari Youtube - Associated Press

Sister Cargo. Itulah sebutan untuk Suster Laurentina, PI yang sehari-hari sering menerima jenazah pekerja migran di Terminal Kargo - Bandara El-Tari Kupang. Ia mendampingi keluarga dan mendoakan jenazah sebelum disemayamkan atau diterbangkan ke tanah asalnya. "Sasaran mereka (agen trafiking) adalah orang yang rentan: lemah ekonomi, yang biasanya mudah untuk ditipu", ujar Suster.

Dalam investigasi di South Africa, di seluruh dunia terdapat 61ribu migrant yang hilang pada tahun 2014. Di Indonesia sendiri, tercatat 26oo kasus pada saat yang sama. Tetapi angka tersebut tidak menyertakan migran yang berangkat tanpa dokumen. Seperti yang menimpa Orance Naomi Faut. Ia baru berusia 14 tahun saat pamit ke neneknya untuk pergi ke priest house untuk belajar Kitab Suci empat tahun yang lalu. Kemudian dia ditawari pekerjaan oleh seorang agen dan berangkat ke Malaysia tanpa mempelajari terlebih dahulu bagaimana keadaan di sana.

Tahun 2012, Suster Laurentina berkeliling NTT untuk mensosialisasikan betapa bahayanya perdagangan orang. "Kalau cantik-cantik, biasanya mereka dimasukkan ke prostitusi. Sedangkan yang pas-pasan, dijadikan pekerja rumah tangga." Dan tidak jarang, mereka kembali ke tanah air dalam peti mati. Misalnya Adelina Sau yang merantau ke Malaysia pada tahun 2014 karena ingin mengakhiri hidupnya yang miskin. Namun dia kembali ke tanah air dalam keadaan tanpa nyawa dan penuh luka. Ibunya mengatakan bahwa ia tidak pernah melihat wajah anaknya dan bahkan mendengar suaranya selama 3 tahun 3 bulan, sebelum akhirnya ia mendengar bahwa Adelina meninggal di Malaysia.

Friday, December 21, 2018

Penghargaan Peduli Buruh Migran 2018


Tanggal 20 Desember 2018 Romo I. Ismartono, SJ menerima penghargaan Peduli Buruh Migran 2018 dalam rangka International Migrants Day 2018 di Universitas Ma Chung, Malang, Jawa Timur.  Berikut ini wawancara dengan Romo I. Ismartono, SJ: 



1. Penghargaan Peduli Buruh Migran 2018 diberikan oleh siapa untuk apa?

Dari komunitas Peduli Buruh Migran diberikan kepada saya untuk menghargai keterlibatan selama ini dalam memberi perhatian kepada masalah buruh migran.

2.  Kalau begitu, apa hubungannya dengan Universitas Ma Chung?

Tempat menyerahkan penghargaan itu di universitas tersebut.

3. Puluhan tahun  Romo Is dikenal sebagai tokoh antar-agama, mengapa sekarang tiba-tiba memperoleh penghargaan Peduli Buruh Migran 2018?

Saya berpikir, memberi perhatian pada buruh migran merupakan sebuah tindakan dialog kerja. Para buruh migran itu memiliki latar belakang agama yang berbeda dan kami para pemerhati juga demikian. Mereka adalah manusia Indonesia yang berada dalam keadaan yang sama. Manusia sebagai homo faber, makluk yang bekerja mencari kerja di tempat-tempat yang bukan asalnya. 

4. Jadi sekarang Romo Is mengurus buruh migran yang menjadi korban? Bukan mengurus buruh migran, kan?

Mungkin kata mengurus terlalu besar. Mungkin lebih tepat memper-hati-kan. Ya, perhatian itu terutama kepada yang paling membutuhkan pertolongan, yang menjadi korban, misalnya korban perdagangan orang atau human trafficking.

5. Keprihatinan terhadap korban, apakah Romo  Is tidak tertarik untuk memberdayakan calon buruh migran mengantisipasi agar mereka tidak menjadi korban?

Ya tertarik, tetapi sudah banyak lembaga yang mengurus hal itu. Kita tinggal bekerja sama dengan mereka. Saya mulai dengan memperhatikan mereka yang menjadi korban.

6. Apa langkah selanjutnya yang Romo pikirkan  terhadap korban? 

Gagasan saya: saya "membantu para penolong". Saat ini misalnya, melalui Perkumpulan Sahabat Insan,  membantu Suster Laurentina, PI yang hidup dan bekerja di Kupang, untuk mendampingi mereka dan keluarga mereka yang menjadi korban perdagangan manusia.

7. Apa rencana Romo untuk kegiatan membantu korban?  Apakah tetap sama seperti tahun-tahun lalu, atau akan ada kemajuan dalam pelayanan Romo?

Saya mau terus menawarkan usaha ini kepada orang muda. Masih banyaknya kematian buruh migran ini ditawarkan sebagai kenyataan yang memprihatinkan bagi bangsa Indonesia. Bangsa yang telah merdeka selama lebih dari 73 tahun masih saja menyaksikan kematian warganya karena kemiskinan. Bersama relawan kami mau merangkai bagaimana memberi perhatian kepada para korban dapat menjadi bagian dari pembentukan dirinya sebagai orang Indonesia.

8. Adakah ajaran Gereja yang mendukung hal itu?

Ya. Paus Fransiskus sendiri menyatakannya dalam Seruan Apostolik Evangelii Gaudium (Sukacita Injil, 24 November, 2013) agar kita memberi perhatian kepada mereka yang diekploitasi, mereka yang dibuang, bagaikan sampah, sebagai berikut:

Sekarang ini segala hal bermain dalam hukum kompetisi dan the survival of the fittest, di mana yang kuat menguasai yang lemah. Akibatnya, sebagian besar masyarakat menemukan diri mereka sendiri tersisih dan tersingkir; tanpa pekerjaan, tanpa kemungkinan, tanpa jalan keluar dari itu semua. Manusia sendiri dipandang sebagai barang konsumsi yang bisa dipakai dan kemudian dibuang. Kita telah menciptakan budaya ”sekali pakai buang” yang sekarang sedang berlaku dimana-mana. Hal ini tidak lagi melulu tentang eksploitasi dan penindasan, tetapi sesuatu yang baru. Pengecualian akhirnya terkait dengan apa artinya menjadi bagian dari masyarakat dimana kita hidup; mereka yang disisihkan tak lagi menjadi kelas bawah atau masyarakat pinggiran atau yang tercabut haknya – mereka bahkan tak lagi menjadi bagian dari masyarakat. Mereka yang tersisih bukanlah orang-orang yang “dieksploitasi”,tetapi orang-orang buangan, “sampah yang dibuang”. 
(Evangelii Gaudium 2013 – nomor 53)


/wawancara selesai/



Monday, December 17, 2018

Global Migration Film Festival 2018

Selama bulan November dan Desember 2018, Sahabat Insan aktif mengikuti pemutaran film-film yang berkaitan dengan migran dan pengungsi yang ditayangkan dalam rangka Global Migration Film Festival (GMFF) yang diselenggarakan oleh IOM Internasional. Berdasarkan GMFF Book Program 2018, ini merupakan tahun ketiga sejak pertama kali IOM menyelenggarakan acara ini pada tahun 2016. Setiap tahunnya, festival ini menayangkan film-film fiksi dan dokumenter yang memotret harapan dan tantangan dari migrasi bagi mereka yang meninggalkan rumah dan negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Festival ini membuka ruang untuk diskusi yang lebih mendalam tentang fenomena terbesar yang terjadi di abad ini, yaitu migrasi. Film memiliki kemampuan unik untuk menjangkau audiens dari berbagai kalangan, dan festival ini diharapkan dapat menjadi alat yang kuat untuk mempengaruhi persepsi dan sikap khalayak umum terhadap migrasi, yang pada akhirnya dapat menghasilkan kontribusi positif untuk seluruh kalangan.

Untuk Indonesia sendiri, GMFF diselenggarakan di 8 kota yaitu Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Kupang, Makassar, Medan dan Tanjung Pinang sepanjang tanggal 28 November - 18 Desember 2018. IOM menayangkan film-film yang telah diseleksi dari ratusan film dari profesional dan juga independent yang berpartisipasi dalam Annual Global Competition ke-3 yang diselenggarakan awal tahun 2018. Selain itu, IOM juga menyertakan film produksi orang Indonesia sendiri yang dibuat berdasarkan program IOM yang dilaksanakan di Indonesia tahun ini.  Film ini menjelaskan tantangan yang dihadapi oleh pekerja migran Indonesia dan juga pengungsi yang transit di beberapa tempat di negeri ini.

Di Kupang, Arta dan Suster Laurentina menghadiri GMFF yang diselenggarakan di Aula Museum Nusa Tenggara Timur pada Jumat, 30 November 2018. Saat sampai di sana, mereka diberikan brosur rangkaian acara GMFF yang akan berlangsung dua hari, yaitu tanggal 30 November dan1 Desember 2018. Yang menarik, dari sekian gambar, terdapat foto Arta dan Suster yang sedang berada dalam mobil ambulans saat mengantarkan jenazah migran yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas dari Kargo Bandara El-Tari Kupang ke RSUD Kupang. Mereka mendampingi jenazah tersebut karena tidak ada satu pun keluarga yang datang menjemput. Semua gambar yang ditunjukkan di galeri foto merupakan foto yang berhubungan dengan migrasi dan juga pengungsi.

Festival diawali dengan persembahan teatrikal puisi oleh seorang mahasiswa anggota Dusun Sastra Flobamora. Melalui puisinya, pemuda tersebut menggambarkan kondisi NTT yang selalu menerima kiriman jenazah di dalam peti kargo sebagai pintu masuk utama. Ia mengecat seluruh tubuhnya dan dengan gemetar masuk ke peti mati sebagai sebuah kritik yang tajam. Setelah pembacaan puisi, film pertama pun diputar. Unbroken Paradise menceritakan tentang kisah seorang pemuda keturunan Kurdi dari Syria yang berusaha mewujudkan mimpinya sebagai arsitek di Prancis. Ia merupakan seorang pengungsi yang berhasil lolos dari serangan bom yang merenggut nyawa keluarga besarnya. Ia menceritakan hal yang dialami sebelum ia terpisah untuk selamanya dari orang yang sangat dikasihinya. Film kedua tentang dua anak perempuan dari Afganistan yang selamat dari ledakan bom dan melarikan diri ke negara Indonesia bersama keluarganya. Mereka bersaksi tentang semua pengalaman buruk yang dialami pasca ledakan bom yang menghancurkan rumah dan seluruh bangunan sekitarnya. Saat itu juga,mereka harus kehilangan anggota keluarganya dan juga para sahabat serta orang-orang terdekatnya demi bertahan hidup. Namun di akhir film, mereka menyampaikan harapan-harapan mereka dan mengungkapkan betapa bersyukurnya mereka masih bisa mendapatkan kesempatan untuk hidup dan mendapatkan pendampingan dari IOM. Mereka mengaku masih bisa tetap belajar dan menggapai impian mereka di masa yang akan datang meskipun saat ini seperti tidak memungkinkan untuk mewujudkannya. Mereka tetap optimis dan ceria dalam melewati hari demi hari. Film selanjutnya berjudul "Impian Negeri Berkabut", yang mengangkat kisah tentang seorang gadis desa yang tergiur dengan iming-iming untuk bekerja di luar negeri dengan gaji yang besar. Demi memuaskan kebutuhan akan barang-barang mewah dengan cara instan, ia akhirnya tergiur untuk diajak bekerja ke luar negeri tanpa dokumen yang lengkap. Gadis itu kemudian disekap bersama dengan beberapa perempuan lain dalam sebuah penampungan untuk dijadikan PSK di kota besar. Gadis itu kemudian berusaha kabur dari tempat penampungan dan akhirnya diselamatkan oleh kakak kandungnya. Dalam film juga diceritakan bahwa masalah perdagangan orang tersebut diselesaikan hingga tuntas oleh pihak yang berwajib.

Usai menyaksikan film-film tersebut dan beberapa penampilan, dilaksanakan diskusi interaktif mengenai maraknya perdagangan orang di Indonesia. Kali ini, panitia mengundang sutradara film "Impian Negeri Berkabut" yang sekaligus sebagai pemeran di film itu: Mba Jum alias Ibu Samas. Tak hanya itu, salah satu perwakilan dari LSM (Bapak Herman Sheran) dan perwakilan dari IOM (Ayu) memaparkan realita yang sebenarnya tentang maraknya korban perdagangan manusia di NTT.



Di Jakarta, Sahabat Insan mengikuti rangkaian acara GMFF ini di tiga tempat:
  1. Rabu, 5 Desember jam 18.00 - 20.30 @america Pacific Place Mall
  2. Selasa, 11 Desember jam 10.00 - 14.30 London School of Public Relation (LSPR), Prof. Dr. Djajusman Auditorium & Performance Hall.
  3. Jumat, 14 Desember jam 14.00 - 21.30 Auditorium Institut Français d'Indonésie (IFI) Thamrin.
Selain Unbroken Paradise yang sudah ditayangkan saat di Kupang, film-film yang diputar selama tanggal-tanggal tersebut adalah I Am Rohingnya, Abu Adnan, Stranger, dan Journey To The Darkness.


"I Am Rohingnya: A Genocide in Four Facts" adalah film sebuah dokumenter yang menceritakan tentang usaha sebuah komunitas Rohingnya di Kanada yang ingin menyuarakan penderitaan kaumnya dengan cara menampilkan sebuah pementasan teater. Dalam teater tersebut, ditampilkan segmen-segmen saat mereka masih hidup dengan bahagia di tanah kelahirannya, kemudian datanglah para penguasa yang dengan sistematis berusaha menghapus dan menghilangkan sejarah dan budayanya melalui jalan kekerasan. Kemudian mereka berusaha menyelamatkan diri dengan lari ke negara lain dan memulai hidup baru di tempat baru tersebut dengan tidak mudah. Lewat pementasan ini, mereka ingin mengatakan kepada dunia bahwa saat ini mereka masih ada, tidak akan pernah bisa dihilangkan dan dibungkam. Duo sutradara film ini yaitu Yusuf Zine dan Kevin Young berusaha mengundang penonton untuk ikut merasakan bagaimana perjuangan dan usaha keras para pengungsi untuk lari dari tempat asalnya dan bagaimana kita bisa membantu mereka untuk memulai hidup baru secara manusiawi di tempat baru. Trailer film ini dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=g7XXolxFKi0


Film selanjutnya yang diputar adalah "Journey To The Darkness" yang terinspirasi dari kisah nyata mengenai lima pencari suaka yang hendak bermigrasi secara ilegal ke wilayah Australia dengan menggunakan perahu nelayan dari Jawa. Sebelum memulai perjalanan, mereka menginap di sebuah rumah tua berukuran besar di Yogyakarta. Salah satu dari mereka merekam semua perjalanan dengan video. Dan pada malam hari mulai terjadi hal-hal aneh di rumah tersebut yang membingungkan dan tidak masuk akal, seperti televisi yang tiba-tiba menyala, teman-temannya yang tiba-tiba menghilang, pintu yang tadinya terkunci rapat tiba-tiba sudah terbuka, lampu yang kadang-kadang menyala sendiri, ruangan yang berantakan, kemunculan wanita secara misterius, dan suara-suara aneh dari lantai bawah. Film kemudian ditutup dengan pemandangan di tengah laut lepas. Trailer film ini dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=u9_j_Erqno4


Pada pemutaran film hari Selasa, 11 Desember jam 10.00 - 14.30 London School of Public Relation (LSPR), Prof. Dr. Djajusman Auditorium & Performance Hall, sang sutradara Mohammad Mozafari berkenan hadir untuk bersama-sama menikmati sederetan film yang ditayangkan. Setelah film selesai, ia kemudian diundang ke panggung untuk membicarakan perihal film tersebut. M Mozafari menyatakan bahwa karena dia juga berasal dari Timur Tengah, maka dia bisa dengan cepat membuat film tersebut. Ide awal didapatkannya saat ia datang ke Indonesia pada tahun 2011, ia menemui banyak pengungsi yang tinggal di Jakarta dan punya mimpi untuk pergi ke Australia dengan perahu ilegal. Sayangnya pertemuan dengan mereka hanya sekali saja. Ia menemui anak-anak, keluarga dan kemudian mereka menghilang dengan cepat. Dari semua yang ia temui, mungkin hanya 10% yang benar-benar sampai di Australia. Lainnya meninggal, atau perahu mengalami kecelakaan dan sebagainya sehingga ia berpikir bahwa ini adalah cerita sedih dan ia perlu menyuarakannya kepada dunia melalui film yang ia buat.  Saat ditanya kenapa ia membuat film dengan cara yang tidak lazim, ia menjawab bahwa sebagai pembuat film independent ia selalu memikirkan bagaimana cara membuat film yang sebagus-bagusnya dengan seefektif mungkin. Film ini berdasarkan kisah nyata karena salah satu pemainnya adalah seorang pengungsi yang ia temui pada tahun 2012 dan ia merekam semua kejadian dari saat awal sampai akhirnya dia berangkat dengan perahu ke Australia. Saat pembuatannya, ia merekamnya dalam satu take tanpa henti. Ini menggambarkan kegelisahan yang tiada akhir yang dialami oleh para pengungsi akibat ketidakpastian nasibnya. Lorong gelap, kejadian-kejadian yang tidak mereka duga dan mengerti, merupakan hal yang dihadapi sehari-hari. Mengakhiri diskusi tersebut, sang sutradara memberikan pesan bahwa akan lebih baik jika para pengungsi dapat memperbaiki kehidupan mereka dengan cara-cara yang legal dengan bantuan dari pemerintah dan masyarakat setempat, sehingga mereka tidak perlu menempuh cara yang sangat berbahaya dan penuh resiko tersebut. 


Film selanjutnya yang diputar adalah "Strangers" karya Jonathan Behr, yang bercerita tentang kisah dua anak perempuan (pengungsi) yang takut mimpi buruknya akan terjadi, yaitu ditahan dan dideportasi oleh petugas keamanan setempat. Film ini menunjukkan kondisi psikologis yang dialami oleh migran yang yang tidak memiliki dokumentasi setiap hari, yaitu ketakutan dan kegelisahan yang tidak berkesudahan karena terancam akan dipulangkan ke negara asal. Dengan hidup dalam situasi mencekam setiap harinya, tentu tidak memungkinkan bagi mereka untuk menata kehidupan yang lebih baik. Trailer film ini dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=UAXmTsPFLJo . Selain itu ditayangkan juga film "Abu Adnan", yang bercerita tentang tentang pengungsi dari Syria yang berprofesi sebagai dokter yang mengungsi bersama anaknya (Adnan) karena adanya perang dunia sehingga memaksa mereka untuk pindah ke Denmark dan memulai hidup baru. Dalam film ini disorot perjuangan mereka untuk mencoba beradaptasi di tempat yang sama sekali berbeda dengan tempat asalnya. Dari mulai kesulitan bahasa, konflik dengan anaknya yang lebih cepat mempelajari segala hal, perubahan sikap anaknya yang mulai mengikuti teman-teman sekolahnya dan kadang malu mengakui jati dirinya sebagai seorang pengungsi. Hal-hal ini yang jamak dialami oleh para pengungsi di tempat barunya dan butuh bantuan warga setempat untuk menolong mereka mengenali budaya yang mungkin tidak pernah mereka ketahui sebelumnya dengan langkah awalnya mencari persamaan-persamaan yang ada.


Selain pemutaran film, festival ini juga menampilkan karya-karya seni yang dihasilkan oleh para pengungsi, dalam bentuk lukisan, kuliner, serta pementasan cerita lokal Indonesia. Diharapkan, semakin kita mengenal mereka, semakin banyak masyarakat umum yang terketuk hatinya untuk menolong mereka yang kurang beruntung ini dengan berbagai cara yang bisa kita lakukan.





Wednesday, November 21, 2018

Menggali Inspirasi Dari Kelompok PMI Purna Kroma Nagekeo, Ende

Hari Selasa, 14 Agustus 2018 yang lalu, Sahabat Insan berkunjung ke kelompok binaan Pak Denni bersama dengan BP3TKI. Pak Denni merupakan salah satu teman jaringan Koalisi Peduli Migran NTT yang saat ini menjabat sebagai Kepala Desa di sebuah daerah di Ende. Ia merupakan salah satu anggota jaringan yang sangat peduli dengan nasib PMI yang ada di Malaysia. Ia juga merupakan salah satu promotor yang mengelola Desmigratif yang ada di Ende. Beberapa bulan sebelumnya, Sahabat Insan sempat bertemu dengan Pak Denni di sebuah hotel di Kupang untuk saling berbagi pengalaman tentang kendala-kendala yang dihadapi dalam membantu korban perdagangan manusia di NTT, yang merupakan daerah dengan korban TPPO yang cukup besar.  Kota Kupang merupakan kota transit bagi para jenazah yang akan dipulangkan ke daerah di NTT dan sekitarnya seperti Malaka, Soe, Ende dan lain sebagainya. Kemudian Sahabat Insan mengadakan kunjungan balasan ke Ende.


Di Ende, Pak Denni memiliki sebuah kelompok binaan yang anggotanya mayoritas kaum lelaki atau bapak-bapak. Kelompok ini dikenal dengan nama Kelompok PMI Purna Kroma (Kelompok Romba Mauara) Nagekeo. Kelompok ini dibentuk sejak 5 Mei 2018, dengan kegiatan utama memproduksi minyak kemiri, abon ikan dan juga minyak kelapa sekaligus mengelola hasil produksi tersebut.  Mereka sudah berkomitmen untuk tetap berproduksi secara konsisten. Kelompok yang terdiri dari 25 orang (8 perempuan dan 17 laki-laki) ini diketuai oleh Bapak Roslin Magnus Meo. Meskipun baru berusia 3 bulan, namun kelompok ini sudah berhasil memasarkan produknya sebanyak 3 kali produksi.


Hingga kini, kelompok ini sudah mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat dan juga pemerintah daerah. Bahkan kelompok ini akan mendapatkan bantuan transportasi berupa mobil pick up untuk mempermudah proses distribusi barang ke luar desa bahkan ke luar daerah.


Untuk saat ini, ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, salah satunya adalah masih belum tersedianya rumah produksi. Menurut Pak Roslin, mereka sudah sepakat untuk menyewa tanah milik seorang warga yang ada di desa tersebut. Namun karena kondisi kesehatan beliau kurang mendukung (sedang opname), maka proses pembangunan rumah produksi menjadi terhambat.

Sebagai bentuk partisipasi dan rasa memiliki dari anggota kelompok, semua anggota sepakat untuk mengumpulkan modal awal sebesar Rp. 100.000 per orangnya. Ada juga beberapa dari antara mereka yang menyumbangkan material bangunan mulai dari semen, pasir, batu bata hingga seng dan kayu. Rencananya, di masa yang akan datang, mereka akan menambah jenis satu jenis produksi lagi, yaitu minyak serai. Guna mewujudkan impian tersebut, mereka akan menyewa lahan kosong untuk ditanami tanaman serai dan diracik menjadi minyak alami yang mujarab kemudian dipasarkan.

Sebagai salah satu pihak yang memoderatori, Pak Denni merasa optimis akan keberlangsungan kelompok ini. Sangat sedikit kelompok yang bersedia bermitmen untuk keberlangsungan kelompoknya. Jika tidak ada komitmen dari anggota, maka sangat sulit untuk melakukan pengembangan ke depannya. Bersyukurlah kelompok ini memiliki semangat yang tinggi untuk tetap melanjutkan kegiatan produksi yang sudah tiga bulan ini mereka lakukan bersama-sama. "Kami akan tetap lanjut agar awet muda, bisa saling curhat, berkisah satu dengan yang lainnya sambil mengerjakan pekerjaan produksi. Awalnya saya merasa sendirian, namun ternyata saat bergabung di kelompok ini, saya sangat termotivasi dan memiliki banyak teman yang mendukung," ujar salah seorang anggota kelompok.

Setelah memaparkan seluruh program kerja dan cara kerja kelompok, Pak Rusli selaku ketua kelompok mempersilakan semua yang hadir di situ untuk santap siang bersama. Pertemuan kemudian ditutup dengan sesi foto bersama. Semoga kelompok ini bisa menjadi kelompok panutan bagi kelompok PMI Purna lainnya untuk terus menerus berkarya di daerahnya sendiri, sehingga sampai suatu saat tidak perlu lagi ada yang meninggalkan tempat asalnya untuk mencari nafkah.



Friday, November 16, 2018

Selamat Dari Jerat Trafiking

Kasus perdagangan orang masih saja terjadi sampai hari ini di Indonesia. Korban tidak hanya menyasar kepada manusia dewasa, tapi juga anak-anak. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) sendiri pada bulan April 2018 yang lalu di web-nya menulis bahwa selama tahun 2018, sudah terdapat 32 kasus perdagangan manusia dan eksploitasi yang dialami oleh anak-anak di bawah umur (http://www.kpai.go.id/berita/kpai-ada-32-kasus-trafficking-dan-eksploitasi-anak-di-indonesia-pada-awal-2018


http://femalixious.blogspot.com/2016/08/perdagangan-anak-terkait-prostitusi-anak_13.html

Seperti juga kasus yang baru-baru ini ditangani oleh Sr. Laurentina dan timnya. Pada suatu hari, pada saat transit di sebuah bandara, Suster bertemu dengan sekelompok remaja putri dari Timor. Gadis-gadis tersebut terlihat lugu dan kebingungan sehingga mendorong suster untuk mendekati mereka. Karena mereka terlihat lelah, suster kemudian mengajak mereka makan dan minum. Dua dari mereka tersebut kemudian mau untuk terbuka. Kepada suster mereka menceritakan bahwa mereka pergi dari Kupang untuk bekerja. Namun saat suster bertanya di tempat mana mereka akan bekerja, mereka sendiri tidak tahu. Karena dari awal suster sudah curiga bahwa anak-anak ini adalah korban trafiking, suster akhirnya memberikan wejangan panjang lebar kepada mereka agar berhati-hati di sana. Kepada mereka suster juga memberikan nomor HP-nya dan berpesan agar jika terjadi sesuatu, mereka harus menghubungi suster secepatnya.  Suster dan anak-anak tersebut akhirnya berpisah karena beda tujuan.

Benar saja. Pada suatu siang. suster menerima kabar dari mereka bahwa  mereka kabur dari rumah majikannya. Kedua anak tersebut berhasil menghubungi suster melalui telepon selular yang mereka sembunyikan dan menceritakan keadaan mereka di sana, yang baru saja menginjakkan kaki di kota tersebut, dan pada malam harinya langsung dipaksa untuk melayani sebagai seorang pekerja seks. Karena merasa ketakutan, mereka berusaha kabur dari rumah majikannya dan berhasil melarikan diri dengan naik ojek. Mereka masih cukup beruntung karena bapak ojek yang baik hati tersebut mengantarkan mereka ke sebuah tempat yang aman. Untuk sementara waktu mereka dapat berlindung di tempat tersebut.


Usaha penyelamatan tidak begitu saja dengan mudah dilakukan. Karena mereka berdua adalah pendatang, maka mereka tidak mengenali daerah atau alamat tempat mereka bersembunyi, sehingga tim yang akan menjemput kesulitan mencari lokasinya. Mau tidak mau mereka berdua harus keluar dari tempat persembunyiannya dan menanyakannya kepada orang lain. Setelah menunggu selama satu jam dan merasa sedikit aman, mereka memberanikan diri menanyakan lokasi mereka kepada seorang bapak yang mereka temui di tepi jalan. Tim dari Kupang kemudian berkomunikasi dengan bapak tersebut dan walaupun terdengar agak keberatan, bapak itu bersedia untuk menemani kedua nona  tersebut sampai tim penjemput datang. Namun ternyata persoalan tidak berhenti sampai di situ. Setelah mobil penjemput datang, bapak itu tiba-tiba berubah pikiran dan menahan mereka, Ia memaksa untuk melaporkan kedua nona tersebut ke kantor polisi untuk diamankan. Dengan bersusah payah, tim penjemput mencoba meyakinkan bapak tersebut agar melepaskan mereka dan akhirnya bapak itu mengijinkan dengan syarat mereka memberikan uang rokok sebagai tebusan.


Untuk sementara kedua nona tersebut berada di sebuah rumah suatu keluarga yang bersedia menampung mereka, sehingga akhirnya pada suatu hari ada pemerhati migran bekerja sama dengan aparat setempat yang menjemput dan mendampingi mereka untuk kembali ke kampung halaman dan berkumpul bersama keluarga tercinta.


Keluarga sendiri mengaku tidak mengetahui bahwa putrinya akan berangkat secara mendadak ke luar kota. Menurut pengakuan ayahnya, putri sulungnya tidak pernah keluar rumah dan sangat jarang berkomunikasi dengan orang luar, Ia sangat heran kenapa putrinya bisa terpengaruh dengan bujukan orang yang baru dikenal dan nekad untuk keluar rumah. Sebelum keberangkatannya, selama satu minggu putrinya selalu pulang malam dengan alasan pergi bermain ke rumah salah satu kakak sepupunya. Orangtuanya tidak curiga karena ia sudah satu tahun terakhir ini menganggur sejak tamat SMA dan jarang keluar rumah. Selama itu, putrinya tidak bekerja dan hanya membantu orang tua mengurus pekerjaan rumah, membantu berladang dan mengikat sayuran hasil panenan untuk dijual di pasar. Namun sungguh mengejutkan ketika malam itu putrinya secara mendadak mengambil tas ranselnya dan berpamitan dengan kedua orangtuanya. Orangtua yang melihat kesungguhan putrinya untuk bekerja melepaskan kepergian sang puteri dengan berat hati. Ia dijemput pada pukul 11.00 WITA. Dua hari kemudian, keluarga mendapatkan kabar tidak mengenakkan bahwa putrinya sudah kabur dari agen yang merekrut. Namun orangtuanya berkata bahwa pihak agen menelpon orangtua di hari yang sama dan mengatakan bahwa putrinya sudah bekerja sebagai perawat di salah satu majikan dengan gaji per bulan sebesar 2,5 juta rupiah. Orangtua yang sudah mengetahui kebohongan agen tersebut hanya berusaha bersikap tidak tahu dengan kondisi yang sebenarnya. Orangtua justru meminta agar agen memberikan telepon kepada putrinya agar bisa berkomunikasi dengan mereka. Mendengar permintaan tersebut, pihak agen segera menutup telepon dan tidak pernah bisa dihubungi. Orangtua yang merasa sangat sedih berharap agar putrinya bisa kembali dalam keadaan sehat tanpa kekurangan suatu apapun. Mereka sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang bisa memperjuangkan pemulangan putri sulung dari tujuh bersaudara ini ke tengah-tengah keluarga. 


Ada sebuah cerita lagi yang menimpa seorang gadis bernama Murni (bukan nama sebenarnya). Ia masih duduk di bangku kelas 3 SMA ketika tergiur oleh bujukan calo yang menawarkan pekerjaan yang bagus di Jakarta tanpa harus menyertakan persyaratan apapun. Apalagi pada saat itu korban merasa kesal dengan teguran opa dan omanya ketika ia pulang terlalu larut malam dari sebuah acara dengan teman-temannya. Oleh karena itu, malam berikutnya ia segera pergi ke rumah temannya untuk mengungsi tidur. Ternyata keesokan harinya, ia dan temannya tersebut menghilang dari desanya. Keduanya sudah menyusun rencana untuk lari dari rumah untuk mengikuti bujukan calo yang sama sekali tidak mereka kenal. 

Singkat cerita, mereka berdua ternyata dibawa ke negeri orang dan dipekerjakan sebagai PSK selama dua hari. Dalam kurun waktu 2 hari itu, ia yang awalnya masih perawan dipaksa melayani 10 orang pria hidung belang. Ia mengaku mendapatkan kekerasan saat melakukan pekerjaan tersebut. Pada hari kedua, dengan susah payah berjalan ia berusaha mengakhiri penderitaannya dan segera kabur dari tempatnya bekerja. Malam itu, saat seorang pria hidung belang sedang berada di toilet kamarnya, dengan sigap ia segera mengambil kunci kamar dan perlahan-lahan keluar kamar. Dengan langkah pelan tapi pasti, ia melangkah keluar dan menuruni tangga, Ia melihat lampu diskotik menyala kelap kelip dan banyak wanita serta pria yang sedang menari menikmati malam. Sambil berusaha untuk tetap tenang, ia mulai menuruni anak tangga. Kemudian ketika ia berhasil keluar dari diskotik itu, ia dan temannya yang sama-sama berhasil lolos segera meminta pertolongan kepada orang yang ditemui di jalan untuk mengantarkan mereka ke kantor polisi terdekat.

Bersama dengan polisi, mereka kembali ke diskotik tersebut. Namun sangat disayangkan, lokasi seketika sudah bersih dari kerumunan orang-orang. Tidak ada satu pun yang tersisa kecuali pria hidung belang yang terkunci di kamar. Murni segera memberikan kunci kamar tersebut kepada polisi, dan akhirnya pria tersebut dibawa dan ditahan di kantor polisi. Murni dan temannya pun ikut ditahan di sana, karena mereka berdua tidak memiliki dokumen apapun. 

Murni dan temannya kemudian mengikuti proses persidangan dan dikenakan masa kurungan selama satu bulan, sementara pria hidung belang yang tertangkap juga harus menjalani masa tahanan karena melakukan tindakan asusila pada anak di bawah umur. Murni menjalani proses karantina di penjara selama  kurang lebih satu bulan, dan kemudian ia ditebus oleh majikannya lalu dibawa ke sebuah kota di Indonesia. Ketika di kota itulah, ia berhasil kabur dari rumah majikan dan diselamatkan oleh satu keluarga. Umat tersebut segera menginformasikan kejadian itu kepada salah satu Pastor yang memang menangani masalah migran. Pastor tersebut kemudian datang menyelamatkannya hingga akhirnya memulangkannya ke Kupang dan diserahkan kembali kepada keluarga.   

  



Wednesday, October 31, 2018

Pertemuan AICHR dan IOM

Hari Minggu, 14 Oktober 2018 di kantor DPD NTT dilaksanakan pertemuan yang diadakan oleh AICHR (ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights) bekerja sama dengan IOM, Kedutaan Swiss di Indonesia, DPD Kupang dan Kementerian Luar Negeri RI. Pertemuan diadakan dengan tema "Dialog Publik dan Pelatihan Pendekatan Berbasis HAM Untuk Implementasi Kovensi ASEAN Melawan Tindak Pidana Perdagangan Orang Khususnya Perempuan dan Anak". Kegiatan ini bertujuan untuk mengimplementasikan penanganan perdagangan orang di ASEAN, khususnya di wilayah NTT, dengan pendekatan berbasis HAM. 

Pertemuan tersebut dihadiri oleh Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi didampingi oleh DPD NTT, Kementerian Sosial, Dinas Sosial Provinsi, Narkertrans, Bareskrim Kupang, Lembaga Perlindungan Perempuan dan Anak. Tak hanya itu, perwakilan dari IOM, pegiat isu pemberantasan perdagangan orang NTT dan beberapa LSM lainnya serta insan pers juga memenuhi undangan.


Dinna Wisnu, Ph.D selaku wakil Indonesia untuk AICHR, menyampaikan bahwa pertemuan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang HAM dan mencegah kerentanan oleh para pelaku perdagangan manusia. Untuk pertama kalinya, AICHR mendorong secara konkrit pemberantasan TPPO hingga ke level daerah. Dalam tiga tahun terakhir, AICHR secara terus menerus melihat situasi dan membangun jaringan secara lokal, nasional maupun regional, dan akhirnya memutuskan untuk memberikan perhatian secara khusus kepada NTT sebagai daerah percontohan pemberantasan TPPO. 

Walaupun di daerah lain juga banyak terjadi kasus TPPO, namun memberikan perhatian kepada NTT akan mengungkapkan banyak hal dan membangun pemahaman yang lebih baik. Di NTT, hampir selalu ada korban yang meninggal dunia atau disiksa, padahal sejumlah program pelayanan satu-atap sudah ada di sana demi memotong jalur non-prosedural untuk berangkat bekerja ke luar negeri. Demikian juga masyarakat sipil dan para tokoh agama kabarnya sudah sangat aktif bergerak melawan tindakan kejahatan ini. Artinya pasti ada yang luput dari perhatian di situ, yaitu: ada sistem yang tidak jalan, ada yang tetap bisa menjual orang meskipun Pemda sudah sangat tegas. Melalui NTT, AICHR mengupayakan jalur komunikasi penyelesaian masalah TPPO yang lebih efektif dengan Malaysia dan negara-negara ASEAN lainnya. Negara-negara ASEAN sendiri telah meratifikasi Konvensi ASEAN Anti Perdagangan Orang Khususnya Perempuan dan Anak (ACTIP) yang diresmikan sejak bulan Maret 2017 yang lalu. Berkat perjuangan AICHR, sampai hari ini sudah 9 negara ASEAN yang meratifikasi konvensi tersebut, kecuali Brunei Darussalam.  

Wakil Gubernur NTT, Josef Nae Soi yang membuka acara secara langsung, menyampaikan apresiasinya terhadap semua pihak yang bersama-sama bergandengan tangan dalam memberantas pelaku perdagangan orang. Ia juga mengungkapkan keseriusannya dalam memberantas perdagangan orang yang terjadi di daerah NTT. Hal itu sudah terbukti dengan kembalinya beberapa korban perdagangan manusia dari Medan (3 orang) dan dari Maumere (11 orang) ke Kupang. Ia juga mengatakan secara tegas untuk meluruskan realisasi dari pasal 1 dan 2 UU no. 21 tahun 2007 yang menegaskan bahwa hukuman bagi pelaku perdagangan orang adalah minimal 3 tahun dan maksimal 12 tahun masa kurungan dan membayar denda. Ia menegaskan bahwa pasal tersebut menggunakan kata penghubung DAN bukan ATAU, sehingga meskipun sudah mendapatkan hukuman tahanan, pelaku perdagangan manusia wajib membayar denda. Menurutnya, dari segi perundang-undangan, penegakan untuk memberantas perdagangan orang sudah sangat lengkap, namun sangat diperlukan implementasinya dalam masyarakat. Ia juga membukakan rencana perjalanannya yang akan berangkat ke Malaysia bersama dengan Gubernur NTT guna melakukan pendataan bagi saudara-saudari yang berada di Malaysia. "Jika memang kondisi mereka di sana sejahtera dengan pekerjaannya namun tidak punya dokumen, maka kita fasilitasi dengan baik segala pengurusan dokumennya. namun kalau pekerjaannya kurang bagus, maka akan kita segera pulangkan ke NTT' ujar Wakil Gubernur NTT.

Sehubungan dengan hal itu, sebagai pemandu diskusi, Dinna Wisnu juga memaparkan secara keseluruhan permasalahan terkait perdagangan orang yang terjadi dalam lingkup internasional (ASEAN), nasional bahkan hingga ke lingkup regional.

Dalam diskusi ini, diketahui dengan jelas berbagai kasus perdagangan manusia yang tidak hanya terjadi di daratan melainkan juga di lautan luas. Mirisnya, praktik kejahatan ini terorganisir dengan baik bahkan melewati lintas batas negara. untuk memerangi hal tersebut, perlu dilakukan langkah konkrit oleh seluruh lapisan masyarakat dalam sebuah jaringan yang terkoneksi dengan baik.  

Di akhir diskusi, peserta dapat memetakan hal konkret tentang berbagai cara pencegahan, perlindungan korban, penegakan hukum dan penuntutan, serta jenis-jenis kerja sama anatar negara. Seluruh masukan dan saran yang membangun telah dirangkum oleh AICHR untuk kemudian diramu menjadi suatu kebijakan yang bisa diimplementasikan secara efektif. 


Wednesday, October 10, 2018

Kami Satukan Hati Untuk Korban Tsunami di Palu, Donggala dan Sigi

Doa Paus untuk korban gempa di Sulawesi


Australian Prime Minister leads prayer for Indonesian tsunami victims


Rudi Raka dari Caritas Makassar melaporkan perkembangan situasi dari Palu, Indonesia


Aliran lumpur yang deras mengalir di desa Kapiroe, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi 
(kiriman Dokter Iskandar)

Sahabat Insan mendukung usaha Karina KWI (web: www.karina.co.id , facebook Caritas Indonesia - KARINA) dalam menangani korban tsunami dan gempa bumi di Palu dan sekitarnya. 


LAPORAN SITUASI
GEMPA BUMI M 7,4 DAN TSUNAMI
DI KOTA PALU DAN DONGGALA, SULAWESI TENGAH

Tempat Kejadian        : Pulau Sulawesi
Tanggal Bencana        : 28 -29 September 2018
Tanggal Pelaporan     : 29 September 2018 pk. 21.30
Disusun oleh                : Th. Kushardini
Sumber                         : BNPB, Caritas Makassar, dan Caritas Manado



SITREP GEMPA 7,4M DAN TSUNAMI PALU #1 

LATAR BELAKANG

Telah terjadi rangkaian gempa berkekuatan besar dan secara terus menerus di wilayah Donggala, Sulawesi Tengah, pada Jumat, 28 September 2018.

   Gempa Pertama 5,9 SR

Gempa pertama berkekuatan 5,9 skala richter (SR) mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah, terjadi pada Jumat (28/9) sekitar pukul 14.00 WIB. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan, gempa terjadi di 0.35 LS dan 119.82 BT. Tepatnya di 8
Km Barat Laut Donggala dengan pusat gempa berada di kedalaman 10 Km. Beruntung,
gempa cukup besar itu tidak berpotensi memicu tsunami. Namun, menyebabkan satu orang tewas dan 10 orang luka-luka.

   Gempa Kedua 5,0 SR

Tak berselang lama, gempa susulan pun dilaporkan terjadi dengan kekuatan 5,0 SR. Kedalaman gempa 10 Km di titik koordinat 0.34 LS - 119.87 BT dan berpusat di 10 Km Timur Laut Donggala, Sulawesi Tengah, pada pukul 14.28 WIB. Gempa inipun tidak berpotensi menimbulkan tsunami.

   Gempa Ketiga, terjadi tsunami 7,4 SR

Gempa ketiga kembali melanda Donggala dengan kekuatan lebih besar yaitu 7,4 SR yang terjadi pukul 17.02 WIB dan berpotensi tsunami. Gempa berkedalaman 10 kilometer, berlokasi di 0.18 LS dan 119.85 BT (27 Km Timur Laut Donggala-Sulawesi Tengah). Informasi dari Humas BMKG, peringatan dini dinyatakan berakhir pada pukul 17.36 WIB atau sekitar setengah jam setelah terjadi gempa.

Gempa ketiga mengakibatkan terjadinya tsunami di pesisir Kota Palu. Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono membenarkan adanya Tsunami di kawasan Palu, Donggala dan Mamuju usai gempa 7,4 SR mengguncang wilayah Donggala, Sulawesi Tengah. Gelombang tsunami berkisar 1,5 meter sampai 3 meter.


        •   GempKeempat 5,4 SR

Gempa dengan kekuatan 5.4 SR terjadi di Kabupaten Donggala pada pukul 21.26 WIB dengan kedalaman 10 Km. Lokasi gempa berada pada 0.03 LU – 119.54 BT, 60 Km Barat Laut Donggala dan tidak berpotensi tsunami.

BMKG telah mengakhiri peringatan dini tsunami sejak 28 September 2018 pukul 17.36 WIB. Gempa susulan masih terjadi pada tanggal 29 September 2018, hingga pukul 15.00 WIB tercatat sebanya131 kegempaan yang dirasakan pada 5 MMI.


ESTIMASI PENDUDUK TERPAPAR

    2,4 juta penduduk terpapar gempa di atas 5 MMI (getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak terbangun, gerabah pecah, barang pecah belah terpelanting, tiang- tiang dan barang besar tampak bergoyang). 


DAMPAK GEMPA DAN TSUNAMI

Data Sementara BNPB per 29 September 2018 pada pukul 13.00 WIB.
-     Total meninggal dunia 384 orang korban jiwa.
-     Jumlah orang hilang 29 jiwa di Kelurahan Pantoloan Induk, Kota Maluku.
-     Luka berat 540 orang.
-     Diperkiran  jumlah  korban  akan  terus  bertambah  karena  proses  pencarian  masih  terus dilakukan.
-     Jumah pengungsi di Kota Palu diperkirakan 16.732 jiwa, tersebar di 24 titik (data sebaran pengungsi per 29 September 2018 pada pukul 16.00 WIB).


KEBUTUHAN MENDESAK
-     Bahan bakar minyak, solar, premium
-     Genset
-     Alat penerangan
-     Tenda pengungsi
-     Tenda, terpal, selimut, velbed
-     Kantong mayat
-     Kain kafan
-     Air minum
-     Bahan Makanan
         -     Makanan bayi dan anak
         -     Dapur umum
         -     Air bersih
         -     Tangki air
         -     Obat-obatan
         -     Tenaga medis
         -     Rumah sakit lapangan
         -     Hunian sementara

RESPON KARINA & JARINGAN CARITAS

-    Segera  setelah  informasi  bencana  gempa  dan  tsunami  diterima,  KARINA  berkoordinasi dengan Komisi PSE Keuskupan Manado dan Caritas PSE Keuskupan Agung Makassar.

-    Komisi  PSE  Keuskupan  Manado  telah  ditunjuk  oleh  Uskup  Manado  untuk  menggalang solidaritas dan mengkoordinir bantuan kemanusiaan dari Keuskupan Manado untuk masyarakat terdampak di Kota Palu dan Kabupaten Donggala.

-    Komisi  PSE  Keuskupan  Manado  berkoordinasi  dengan  Caritas  PSE  Keuskupan  Agung Makassar dalam menggali informasi di lapangan. Mereka akan mengirim tim untuk melakukan kajian di Palu dan Donggala. Selain itu, Komisi PSE Keuskupan Manado akan melakukan survei pasar untuk mencari kebutuhan logistik dan berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Katolik Keuskupan Manado untuk dapat mengirimkan bantuan medis dan obat- obatan.

-    Caritas PSE Keuskupan Makasssar telah memberangkatkan Tim Kajian Cepat menuju ke Mamuju, Sulawesi Barat dan tiba pada pukul 21.00 (29/9) untuk berkoordinasi dengan para relawan. Mereka juga melakukan komunikasi dan koordinasi dengan Komisi PSE Keuskupan Manado.


SITREP GEMPA 7,4M DAN TSUNAMI PALU #2

Siang ini (1/10) Tim Caritas Keuskupan Agung Makassar sebanyak 3 orang, yang dipimpin oleh Rudy Raka bertemu dengan staf CRS Indonesia sebanyak 2 orang di Mamuju. Dari sana mereka akan menempuh perjalanan darat kurang lebih 500 Km ke Donggala & Palu. Mereka akan bergabung dengan Komisi PSE Keuskupan Manado untuk melakukan Joint Need Assessment (JNA) dan berkoordinasi dengan pemerintah setempat dan Jaringan HFI dalam waktu 2-3 hari ke depan. Hasil dari JNA akan dipakai untuk mengembangkan skema respon ke depan. Jarak yang jauh, akses transportasi udara yang sangat terbatas dan adanya isu keamanan, menjadi tantangan tersendiri tim dari Caritas Keuskupan untuk bisa sampai ke wilayah terdampak.
KARINA akan mengirimkan dua orang staf dan beberapa relawan ke Makassar dalam waktu 2-3 hari ke depan untuk membantu Caritas Keuskupan Agung Makassar mempersiapkan respons yang terpadu. KARINA juga terus menjalin komunikasi dan koordinasi dengan Jaringan Caritas Keuskupan di Indonesia & Caritas International Member Organizations (CIMOs) untuk memetakan bantuan dan dukungan dalam respons tanggap darurat ini.
Dalam upaya respons tanggap darurat ini, KARINA akan memposisikan diri untuk membantu dan memfasilitasi Caritas Keuskupan Agung Makassar dan Komisi PSE Keuskupan Manado sebagai response leader di keuskupan terdampak. Palu dan Donggala berada dalam sebagian wilayah Grejani Keuskupan Manado dan Keuskupan Agung Makassar. Untuk itu, peran KARINA adalah memperkuat tim Caritas Keuskupan Agung Makassar dan Komisi PSE Keuskupan Manado dalam respons tanggap darurat ini.
KARINA juga akan menggkoordinir inisiatif, bantuan dan niat baik dari Jaringan Caritas Keuskupan, individu dan lembaga lain. Bantuan berupa dana bisa diarahkan ke Rekening dua keuskupan terdampak dan rekening Yayasan KARINA, yaitu:
1.   KEUSKUPAN MANADO (CP. Andi 081340050882)
      Bank                : BNI
      Nama               : Keuskupan Manado
      Nomor             : 3837777778

2.   KEUSKUPAN AGUNG MAKASSAR (CP. Tina 08124228605, Robin 082187925410)
      Bank                 : DANAMON LEBIH
      Nama                : Yulius Malli dan Fredy Rantetaruk
      Nomor              : 00357 465 7536

3.   Yayasan KARINA (CP. Maya 081222808096, Baskoro 081328713052)
      Bank                : BCA KCU Puri Indah
      Nama               : YAY. KARINA
      Nomor             : 288.308.0599
      Swift code       : CENAIDJA 



SITREP GEMPA 7,4M DAN TSUNAMI PALU #3 

On October 2nd 2018, Caritas Team from Makassar (3 people) and CRS Indonesia staff (2 people) depart from Pasangkayu, Donggala. In Donggala, they took data from Indra PKPU Makassar. PKPU and BPBD on 1st October 2018 found 27 bodies in Banawa Induk Subdistrict.
Caritas of Manado and Caritas of Makassar have met and coordinated at the St. Pastorate. Maria Mother of the Sacred Heart, Palu. They have done the Joint Need Assessment (JNA) on 2 October afternoon and 3 October with CRS Indonesia.
Parish Priest at St. Maria & St. Paulus stated that the response activities for the 2 parishes would be made together under the coordination of the Caritas Diocese of Manado. In this case Caritas Makassar Archdiocese will support the humanitarian service efforts of the Caritas Diocese of Manado. The logistics warehouse will use the church hall.
On October 3, Caritas Archdiocese of Makassar also mapped the market and transportation routes from Mamuju to Palu. There needs to be cooperation with the apparatuses manual will use a pickup truck.
On October 3rd 2018, KARINA had arrived in Makassar and coordinated with the Caritas Archdiocese of Makassar. According to the plan, there will be a Volunteer team in Makassar formed to support the Service Post at St.Maria, Palu.
Caritas of Manado has submitted APP funds to KARINA KWI in the amount of Rp. 100,000,000 (spelled out: One Hundred Million Rupiah) for the purchase of rice, drinking water and distribution / transportation costs.
On October 3rd 2018, some of the JNA results were legible. We will conduct the study until October 8th. Meanwhile, logistical assistance is 1 truck and 1 pickup arrived at St. Maria yesterday afternoon. Pastor Viktor from Makassar delivered the food aid to be distributed to the affected area.
On 3rd and 4th October 2018, the Caritas of Makassar team assisted by KARINA conducted a market survey and secured the items needed to be brought to Palu.
KARINA also continues to establish communication and coordination with the Diocesan Caritas Network in Indonesia & Caritas International Member Organizations (CIMOs) to map aid and support in this emergency response. KARINA will also coordinate the initiatives, assistance and goodwill of the Diocesan Caritas Network, individuals and other institutions.
Support in the form of funds can be directed to the accounts of two affected dioceses and YAYASAN KARINA's account, which are:
DIOCESE MANADO (CP. Andi 081340050882)
Bank       : BNI
Name      : Keuskupan Manado
Number  : 3837777778
DIOCESE MAKASSAR (CP. Tina 08124228605, Robin 082187925410)
Bank       : DANAMON LEBIH
Name      : Yulius Malli dan Fredy Rantetaruk
Number  : 00357 465 7536
YAYASAN KARINA (CP. Maya 081222808096, Baskoro 081328713052)
Bank       : BCA KCP Puri Indah
Name      : YAY. KARINA
Number  : 288.308.0599
Swift Code : CENAIDJA


Tim Caritas Keuskupan Agung Makassar melakukan kajian kebutuhan 
di tenda-tenda pengungsian (Foto: Rudy Raka/CAMAR).





SITREP GEMPA 7,4 M DAN TSUNAMI PALU #4 

LAPORAN SITUASI #4
GEMPABUMI M 7,4 DAN TSUNAMI
DI KOTA PALU DAN DONGGALA, SULAWESI TENGAH

Tempat Kejadian        : Pulau Sulawesi
Tanggal Bencana        : 28 September 2018
Tanggal Pelaporan     : 6 Oktober 2018 pk. 14.00 WITA
Disusun oleh                : Th. Kushardini
Sumber                         : BNPB, Caritas Makassar, dan Caritas Manado


LATAR BELAKANG

Proses  pencarian  korban  meninggal, pemberian  bantuan  darurat  dan  kajian  kebutuhan  pasca gempabumi yang melanda wilayah Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat, 28 September 2018, terus dilakukan. Gempa susulan masih terjadi hingga tanggal 5 Oktober 2018 dan tercatat sebanyak
449 kali.

KONDISI TERKINI:

SPBU sudah mulai beroperasi, yaitu :
  • Kota Palu: 6 SPBU beroperasi dari total 17 SPBU. SPBU yang sudah beroperasi yaitu SPBU di Jl. Diponegoro, Jl. Maluku, Jl. RE Martadinata, Jl. Imama Bonjol, Jl Bayoge, dan Jl. Ki Hajar Dewantara. Listrik masih belum pulih namun tersedia genset.
  • Kabupaten Donggala: 3 SPBU yang sudah beroperasi ada di Desa Sioyong, di Jalan Raya Palu Donggala, dan di Desa Ganti (Jalan Trans Sulawesi).
  • Kabupaten Sigi: 1 SPBU di Sidondo beroperasi. 

DAMPAK GEMPA DAN TSUNAMI
  • Jumlah korban jiwa per 3 Oktober 2018 pukul 20.00 WITA 1.581 jiwa meninggal dunia. Terdiri dari wilayah Kota Palu, Donggala, sebagian Sigi, Parigi Moutong, Moutong dan Pasangkayu.
  • Korban hilang sebanyak 113 jiwa, korban luka berat 2.549 jiwa dirawat di rumah sakit.
  • Pengungsi sebanyak 70.821 jiwa yang tersebar di 141 titik.
  • Rumah Rusak sebanyak 66.238, yaitu 65.733 unit di Sulawesi Tengah (belum diklasifikasikan RB/RS/RR) dan 505 unit di Sulawesi Barat (170 RB, 87 RS, 248 RR).
  • Jumlah korban yang tertimbun di Petobo (Kab. Sigi) dan Balaroa (Kota Palu) belum diketahui. 

KEBUTUHAN MENDESAK
  • Pangan: Air mineral, obat, sembako makanan bayi dan anak, mie cup, sarden, beras, kornet, abon, dan dendeng
  • Non Pangan/Peralatan: BBM  Solar,  premium,  tenda pengungsi,  water tank,  alat penerangan, genset, kantong mayat, rumah sakit lapangan, veltbed, selimut, tenda, kain kafan., terpal, tandu, kursi roda, kreuk, perlengkapan sekolah. Hygiene kit, Family kit,
  • Personel: Tenaga Medis
Hasil dari kajian dari Tim Caritas Makassar, dan Caritas Manado ditemukan kebutuhan mendesak yang dibutuhkan warga terdampak yakni hunian darurat, air bersih, dan kebutuhan pangan khusus bagi balita dan lansia. Dari hasil kajian ditemukan pula warga kesulitan untuk berpindah tempat karena masalah keterbatasan BBM, jalan yang rusak, dan isu keamanan. Akibat keterbatasan itu, warga kekurangan akses untuk mendapat bantuan darurat.

RESPON PEMERINTAH:
  1. (4/10) Sebanyak 100 operator SPBU tiba hari ini.
  2. Kantor  pemerintah  daerah  sudah  beroperasi.  Toko  dan  pasar  segera  dibuka  dan  akan dikawal oleh TNI dan Polri.
  3. Prioritas pencarian korban gempabumi terurs dilakukan. Sebanyak 25 alat berat telah dikerahkan, sebanyak: 7 unit di Petobo, 6 unit di Balaroa, 3 unit di Bulurui dan Mall, 1 unit di TPU pemakaman massal, 1 unit di Jalan Juanda, 2 unit di Sigi, 2 unit di Roa Roa Talasea + 5 truck dan 3 unit di Ramayana.
  4. Koordinasi Bantuan Luar Negeri per 3 Oktober 2018:
  5. Terdapat 29 negara dan 4 organisasi internasional yang menawarkan bantuan. Semua tawaran bantuan internasional dan jawaban resmi hasil assessment disampaikan secara tertulis melalui Kemenlu.
Kebutuhan field hospital, tenaga medis, obat-obatan, dan foging tidak lagi menjadi prioritas kebutuhan internasional. Fokusnya saat ini air transportation, water treatment, generator, dan tenda. Bantuan alutsista yang diterima adalah pesawat angkut (C-130) dan heli, sedangkan untuk kapal tidak diterima.

Beberapa negara yang menawarkan tim SAR dan tenaga medis telah diputuskan untuk tidak difasilitasi.

RESPON KARINA & JARINGAN CARITAS
  1. 3-4 Oktober 2018 Caritas Makassar, Caritas-PSE Manado, PMKRI Cabang Palu melakukan Joint Need Assessment (JNA) bersama dengan lembaga kemanusiaan lain. Kajian bersama tersebut telah memetakan 18 Kelurahan, di 11 kecamatan di Kabupaten Sigi dan Kota Palu.
  2. 4 Oktober 2018 telah datang sejumlah bantuan dari Caritas-PSE Manado ke Pos Layanan St. Maria Palu yang berupa beras 7 ton dan air mineral 500 dos. Sedangkan dari Caritas Makassar telah mengirimkan selimut, hygiene kit, ember, terpal, tikar, sarung dan sarden sebanyak 250 paket.
  3. KARINA juga terus menjalin komunikasi dan koordinasi dengan Jaringan Caritas Keuskupan di Indonesia & Caritas International Member Organizations (CIMOs) untuk memetakan bantuan dan dukungan dalam respons tanggap darurat ini.
  4. Rencana ke depan, Caritas-PSE Manado dan Caritas Makassar akan memverifikasi hasil JNA bersama dengan lembaga yang lain. Sampai dengan hari ini (6/10) Caritas Makassar dan KARINA masih melengkapi beberapa barang untuk paket-paket bantuan.
  5. Barang-barang yang sudah ada digudang akan mulai didistribusikan. Pos pelayanan di Paroki St. Maria Bunda Hati Kudus, Palu akan memprioritaskan bantuan logistik ke lima wilayah Petobo, Balarao, Lere, Talise dan Todo.
  6. Pada  hari  Kamis  (4/10), sekitar  jam 9  pagi, tim  Caritas  Keuskupan  Agung  Makassar melakukan observasi dan JNA di Desa Jono Oge dan Sidera, Kabupaten Sigi. Hasil interview dengan sekretaris Desa Jono Oge, ada satu dusun yang tenggelam lumpur yang sampai saat ini belum dievakuasi.
"Belum ada jumlah pasti korban yang masih tertimbun, namun diperkirakan mencapai ratusan orang. Kebutuhan mendesak di posko pengungsian Desa Jono Oge berupa air bersih untuk minum dan masak, beras dan lauk, terpal, alas tidur, selimut dan sarung. Belum banyak bantuan yang masuk dikarenakan posko pengungsian mereka tersebar dan berada di daerah dataran yang agak tinggi."

"Listrik di Kota Palu siang ini mulai beroperasi. Karena pasokan listrik mulai normal, SPBU di beberapa titik juga mulai beroperasi, walaupun nampak antrian yang sangat panjang. ATM mulai beroperasi dan bisa dipergunskan oleh masyarakat mulai. Namun, belum nampak toko-toko dan pasar mulai beroperasi," demikian yang disampaikan oleh Rudy Raka, staf Caritas Keuskupan Agung Makassar dari Kota Palu.

REKENING DONASI

1.   KEUSKUPAN MANADO (CP. Andi 081340050882)
      Bank                 : BNI
      Nama               : Keuskupan Manado
      Nomor             : 3837777778

2.   KEUSKUPAN AGUNG MAKASSAR (CP. Tina 08124228605, Robin 082187925410)
      Bank                  : DANAMON LEBIH
      Nama                : Yulius Malli dan Fredy Rantetaruk
      Nomor              :  00357 465 7536

3.   Yayasan KARINA (CP. Maya 081222808096, Baskoro 081328713052)
      Bank                 : BCA KCU Puri Indah
      Nama               :  YAY. KARINA
      Nomor             :  288.308.0599
      Swift code       :  CENAIDJA 

Situasi dan kondisi wilayah Kota Palu yang luluh lantak karena gempabumi (Foto: Rudy Raka/CAMAR)





Tim Caritas Keuskupan Agung Makassar melakukan kajian kebutuhan 
di tenda-tenda pengungsian (Foto: Rudy Raka/CAMAR).




Sitrep Gempa 7.4M & Tsunami Palu #5
(7/10) Selain melakukan kajian cepat, Tim Caritas Makassar dan Caritas-PSE Manado, juga melakukan pembagian bantuan sebanyak 50 paket yang berisi beras 50 kg, minyak goreng, air mineral, 1 dus sarden dan pampers untuk balita di 11 titik di Kota Lolu. Total jumlah penerima manfaat 299 KK. Menurut informasi dari tim di lapangan, paket sembako dan family kits diterima oleh 1.036 jiwa.
(8/10) Ada 2 truk akan tiba pada siang hari di Palu yang membawa beras sebanyak 4 ton, 435 dos air dan premium 1 drum dan 13 jergen.
(9/10) Berdasarkan hasil briefing malam sebelumnya, Tim Caritas Makassar dan CaritasPSE Manado memperkuat tim kajian untuk memverifikasi data penerima manfaat. Selain verifikasi tim juga mendistribusikan barang sesuai dengan kajian yang dilakukan sebelumnya. Keduanya kegiatan ini dilakukan bersamaan karena sampai saat ini masih terkendala dengan ketersediaan personil yang dapat melakukan kajian.
Data valid yang berhasil kami verifikasi pertanggal 9 Oktober sebanyak 1.917 KK yang hendak kami intervensi secara langsung. (9/10) melakukan distribusi sembako & faimily Kits untuk 1.036 orang.
(9/10) Caritas Makassar mengirimkan paket food and non food items dari gudang di Paroki Mamuju ke Pos Pelayanan St. Maria Bunda Hati Kudus di Palu yang berupa tikar, kasur, hygiene kits, air mineral, ember, makanan ringan, beras dan lain-lain yang rencananya akan dibagikan perpaket untuk membatu 300 KK yang terdampak bencana.



Kisah pengiriman barang bantuan dapat dibaca di link berikut:

Kami sampaikan catatan dari Pastor Echa Mantow yang memimpin Tim Caritas-PSE Keuskupan Manado dan para relawan menjangkau lokasi sulit di Kecamatan Sulawi, Sigi setelah terisolir beberapa lama karena gempabumi pada 28 September kemarin. 

(16/10) Hari ini, Tim Caritas PSE-Manado yang dipimpin oleh Pastor Echa Mantow memberikan bantuan paket logistik berupa hygiene kits, tikar, ember dan kebutuhan pangan di Desa Boladangko, Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi. Tim ini telah menginap selama 3 malam di Kulawi untuk melakukan kajian kebutuhan, menghibur anak-anak dan bersama para dokter memberikan pelayanan kesehatan. Ada kurang lebih 129 warga yang menerima layanan kesehatan di Desa Boladangku dan Desa Sungku.
Tercatat kurang lebih 350an anak dari Desa Oti, Tompe, Salva, Watuwali, Mataue, Sapo dan Laowe yang mengikuti kegiatan bermain bersama para relawan. Selain di Boladangko, tim juga menyasar Desa Tangkulowi untuk memberikan pelayanan yang sama. Wilayah Kulawi ini sempat terisolir selama beberapa lama setelah gempa besar yang terjadi. Banyak jalan yang rusak dan tertutup oleh tebing-tebing yang longsor. Tim Caritas-PSE Manado masuk ke wilayah ini karena melihat banyak masyarakat masih belum menerima bantuan.  

Berikut kami sampaikan tautan film pendek tentang kegiatan Pos Pelayanan Caritas PSE Keuskupan Manado di Gereja St. Maria BHK, Palu dalam respon kemanusiaan akibat bencana gempa dan tsunami yang melanda Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Donggala pada tanggal 28 September 2018. Respon bersama jaringan Caritas Indonesia dan tim medis dari berbagai lembaga memberikan penguatan dalam menghadapi para warga terdampak dilakukan sejak setelah bencana terjadi hingga penutupan masa tanggap darurat kemarin. Sampai saat inipun Pos Pelayanan St. Maria BHK masih memberikan bantuan dan mempersiapkan untuk masuk ke dalam tahap early recovery. Silakan klik: Bela Rasa Pos Pelayanan Caritas-PSE Kesukupan Manado